Perpanjangan restrukturisasi kredit akan dorong dunia usaha dan perbankan bertahan

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, perbankan

Perpanjangan restrukturisasi kredit akan dorong dunia usaha dan perbankan bertahan

Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam. (ANTARA/Dewa Wiguna/aa)

Jakarta (ANTARA) - Direktur riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperpanjang kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit akan semakin mendorong dunia usaha dan perbankan dalam bertahan di tengah pandemi COVID-19.

"Restrukturisasi dibutuhkan dunia usaha dan juga bank di tengah pandemi," katanya kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Mandiri Syariah dorong literasi perbankan syariah nasional

Piter menjelaskan hal itu dapat terjadi karena krisis pandemi telah menyebabkan dunia usaha mengalami permasalahan cashflow akibat penerimaan menurun sedangkan pengeluaran tetap besar.

"Termasuk pengeluaran untuk membayar cicilan pokok dan bunga bank," ujarnya.

Oleh sebab itu, ia menuturkan jika tidak dibantu dengan restrukturisasi maka berpotensi besar untuk menyebabkan kredit macet atau bermasalah.

"Kalau macet tidak hanya perusahaan itu yang mengalami kesulitan tetapi bank nya juga," tegasnya.

Piter mengatakan kredit macet tidak hanya menyebabkan pihak perbankan kehilangan keuntungan melainkan juga terjadi penurunan cadangan modal.

"Dengan landasan pemikiran itu selama pandemi masih berjangkit, kebijakan pelonggaran restrukturisasi kredit masih sangat dibutuhkan untuk melindungi dunia usaha dan bank," katanya.

Menurut dia, melalui adanya kebijakan restrukturisasi kredit ini memang akan menurunkan keuntungan bagi pihak perbankan tapi itu lebih baik dibandingkan terjadi kredit macet.

"Lebih baik laba turun daripada kredit menjadi macet. Laba tidak hanya turun tapi bank bisa mengalami kerugian dan penurunan modal. Stabilitas perbankan bisa terganggu," katanya.

Sebagai informasi, OJK memutuskan untuk memperpanjang kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit selama setahun untuk membantu mendorong pemulihan ekonomi.

OJK segera memfinalisasi kebijakan perpanjangan restrukturisasi ini dalam bentuk POJK termasuk memperpanjang beberapa stimulus lanjutan yang terkait.

Realisasi restrukturisasi kredit sektor perbankan per 28 September 2020 sebesar Rp904,3 triliun untuk 7,5 juta debitur. Sementara, NPL pada September 2020 sebesar 3,15 persen menurun dari bulan sebelumnya sebesar 3,22 persen.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin sebut merger bank syariah BUMN memperkuat perbankan nasional

Baca juga: Erick Thohir minta BUMN perbankan konsentrasi garap pasarnya masing-masing


Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah