ACT Riau luncurkan "Bangkit Bangsaku" saat pandemi

id ACT Riau, bangkit bangsaku,ACT

ACT Riau luncurkan "Bangkit Bangsaku" saat pandemi

Bangkitlah Bangsaku oleh ACT Riau. (ANTARA/Riski Maruto/20)

Pekanbaru (ANTARA) - Lembaga sosial filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Provinsi Riau di Pekanbaru, Sabtu (10/10), meluncurkan program "Bangkit Bangsaku" untuk membersamai masyarakat yang terkena dampak pandemi COVID-19.

Kepala Program ACT Riau Hiban mengaku memandang pandemi COVID-19 dengan sudut pandang positif meskipun kondisi ekonomi saat ini sedang susah sebagai dampak dari wabah virus tersebut.

"Kami yakin kedermawanan masyarakat Riau tidak akan berkurang dan justru semakin meningkat," katanya.

Dia menggambarkan saat ini tingkat kepedulian masyarakat untuk berbagai kepada sesama tetap tumbuh dengan jumlah bantuan yang bervariasi. "Sekarang masyarakat berbondong-bondong untuk membantu atau menyumbangkan sesuatu," ujar Hibban.

Selama berkiprah di Riau sejak 2017, ACT telah membantu dan membersamai masyarakat marjinal ataupun kaum rentan lainnya agar bisa hidup lebih layak. Bahkan hingga saat ini ACT telah membantu pendirian 26 sumur wakaf di sejumlah daerah di Provinsi Riau.

Baca juga: Membahagiakan guru ngaji di Tapung

Hibban menggambarkan, untuk membuat sumur bor di Kota Pekanbaru atau daerah yang tidak kesulitan air cukup dengan biaya Rp2 juta hingga Rp4 juta sudah bisa dilakukan. Akan tetapi di daerah sulit air seperti di Tembilahan(Kabupaten Indragiri Hilir), di pinggiran Kabupaten Pelalawan atau di wilayah Kepulauan Meranti dibutuhkan biaya lebih dari Rp20 juta.

"Bahkan paling murah sekitar Rp18 juta. Ini kita butuhkan untuk mengetuk para dermawan sekalian untuk membantu masyarakat," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk menuju kebangkitan dan kemandirian bangsa, ACT Riau juga menargetkan mampu membantu mendirikan sebanyak 80 usaha mikro kecil menengah dengan pemberian wakaf modal usaha mikro (WMKM) yang bersifat bergulir.

Dalam peluncuran "Bangkit Bangsaku" itu juga diserahkan secara simbolis bantuan kepada Pak Erik, salah satu warga rentan di Kota Pekanbaruyang kesehariannyabekerja mengumpulkan barang bekas untuk menyambung hidup.

Baca juga: Jesi dan Alexander, kakak beradik penderita gizi buruk asal Nias yang kini hidup di Perawang