Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Beijing menggandakan masa karantina dari 14 hari menjadi 28 hari atas kekhawatiran kalangan ilmuwan bahwa tipe virus corona jenis baru yang kini menular dari Pasar Induk Xinfadi lebih ganas daripada virus sejenis.
Virus sejenis yang dimaksud itu pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019.
Baca juga: Jika pencairan anggaran masih rendah, Presiden Joko Widodo langsung tegur menteri
Mayoritas orang yang dikarantina di Beijing merupakan para pekerja di lapak daging sapi dan daging kambing di Pasar Xinfadi sehingga mereka dikategorikan dalam kelompok risiko tinggi COVID-19, kata Shi Guoqing, pakar dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) kepada pers, Senin (29/6).
Shi mengungkapkan beberapa dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali sehingga sulit untuk menilai, apakah mereka tertular virus, hanya dengan mengamati gejalanya.
Selain itu, karena beberapa yang terinfeksi memiliki hasil tes asam nukleat mereka negatif dan tidak ada kelainan yang ditemukan dalam 14 hari, tidak cukup waktu untuk mengonfirmasinya.
Dengan demikian, menurut Shi, ada kemungkinan orang-orang tersebut akan menyebarkan virus kepada orang lain kalau diizinkan bebas berkeliaran.
Wakil Kepala Distrik Fengtai, Chu Junwei, mengatakan bahwa karantina untuk orang yang pernah kontak dengan pedagang daging sapi dan daging kambing di Pasar Induk Xinfadi telah diperpanjang menjadi 28 hari.
Shi mencatat 33,8 persen kasus positif di Beijing terkait dengan para pekerja di lapak daging sapi dan daging kambing di Pasar Induk Xinfadi, sedangkan 20,5 persen lainnya adalah para pengunjung area itu.
Komisi Kesehatan Kota Beijing, Senin, juga mengumumkan bahwa inang virus corona itu diyakini diimpor dari Eropa pada awal Maret, kemudian mengarah ke Amerika Selatan dan berakhir di China oleh manusia atau daging impor sehingga terjadilah wabah di Beijing.
Deputi Direktur Biologi Patogen di Wuhan University, Yang Zhanqiu, mengatakan bahwa masa berjangkit wabah tersebut di Beijing sangat pendek dan semuanya berkaitan dengan Pasar Induk Xinfadi.
Itu berarti inangnya lebih ganas daripada virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan sehingga mungkin saja penyebarannya lebih dahsyat di Pasar Induk Xinfadi, ujarnya seperti dikutip Global Times.
Oleh sebab itu menurut dia, yang paling aman adalah melakukan tindakan-tindakan ketat terhadap kelompok berisiko tinggi tersebut.
Selama ini, orang merasa aman jika hasil tes negatif asam nukleatnya negatif.
Baca juga: Angka kesembuhan COVID-19 Indonesia sebesar 41,48 persen, kematian 5,15 persen
Baca juga: Paparkan langkah pemerintah, Menkeu Sri Mulyani: Krisis kali ini beda sekali
Pewarta : M. Irfan Ilmie
Berita Lainnya
Hizbullah Lebanon serang kota Margaliot, Israel, balas serangan ke wilayahnya
24 April 2024 16:49 WIB
Wapres Ma'ruf Amin prihatin Palestina gagal jadi anggota penuh PBB
24 April 2024 16:16 WIB
Proyek restorasi lahan basah di China timur terpilih jadi proyek percontohan PBB
24 April 2024 16:04 WIB
Mahfud Md ucapkan selamat ke Prabowo dan Gibran atas penetapan KPU
24 April 2024 15:33 WIB
Bank Saqu catat jumlah nasabah perseroan capai 500 ribu per April 2024
24 April 2024 15:14 WIB
KPU RI tetapkan Prabowo-Gibran jadi presiden-wapres terpilih Pilpres 2024
24 April 2024 15:05 WIB
AHY: Kompetisi Pilpres 2024 telah berakhir dan kini saatnya rekonsiliasi
24 April 2024 14:50 WIB
Airlangga Hartarto sebut Jokowi milik bangsa dan semua partai di Indonesia
24 April 2024 14:42 WIB