11 WNA penyerang anggota polisi tidak punya izin tinggal

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, siber

11 WNA penyerang anggota polisi tidak punya izin tinggal

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus. (ANTARA/Fianda Rassat/aa)

Jakarta (ANTARA) - Polda Metro Jaya menyebutkan 11 warga negara asing (WNA) yang terlibat pengeroyokan terhadap lima personel Tim Siber Polda Metro Jaya, diketahui tidak mempunyai izin tinggal di Indonesia.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus mengatakan 11 WNA tersebut dititipkan kepada otoritas imigrasi lantaran permasalahan izin tinggal.

Baca juga: Pastikan sistem keamanan siber data pribadi di instansi pemerintah

"Ada 11 orang yang diamankan oleh petugas kepolisian, sekarang kita sudah berkoordinasi dengan teman-teman dari imigrasi untuk kita titipkan sementara di sana karena menyangkut masalah izin tinggal yang memang tidak ada," kata Yusri di Markas Komando Polda Metro Jaya, Senin.

Meski telah dititipkan kepada pihak imigrasi, Yusri memastikan proses hukum terhadap 11 WNA termasuk sembilan orang di antaranya berkewarganegaraan Nigeria, tetap berjalan.

Otoritas imigrasi saat ini juga masih mendalami mengenai perihal izin tinggal 11 warga negara asing tersebut.

"Sambil berjalan laporan polisi sudah dibuat, proses selanjutnya sambil berjalan, untuk sementara ini masih didalami oleh pihak imigrasi terkait izin tinggal di Indonesia ini," ujarnya.

Sebelumnya, sebanyak lima anggota Sub Direktorat Tindak Pidana Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya dikeroyok oleh sekitar 60 WNA saat mengembangkan dugaan kasus penipuan daring dengan sasaran salah satu penghuni di Apartemen Green Park, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu sore (27/6).

Pengeroyokan itu dipicu oleh provokasi salah satu WNA penghuni apartemen yang menyebut personel kepolisian tersebut datang untuk merazia warga negara asing sehingga memicu penyerangan hingga menyebabkan lima petugas menderita luka ringan.

Baca juga: Australia mengaku jadi korban serangan siber "aktor canggih berbasis negara"

Baca juga: Pengamat ingatkan masyarakat agar waspadai ancaman perang siber 2021


Pewarta : Fianda Sjofjan Rassat