KLHK: Terjadi regenerasi alami tumbuhan dan hutan saat pandemi COVID-19

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, corona

KLHK: Terjadi regenerasi alami tumbuhan dan hutan saat pandemi COVID-19

Ilustrasi: Hutan hujan tropis (Antaranews)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti bidang konservasi dan pengaruh hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pratiwi mengatakan pandemi COVID-19 memberikan dampak positif terhadap regenerasi alami tumbuhan dan hutan.

Hal itu dikarenakan pandemi COVID-19 membatasi kegiatan dan pergerakan manusia yang menyebabkan lahan bervegetasi permanen seperti hutan, kebun dan taman-taman yang merupakan bagian dari daerah aliran sungai (DAS) mengalami penurunan tekanan dari pergerakan orang.

Baca juga: Indonesia telah miliki lebih dari 76.000 data penyelidikan epidemiologi COVID-19

"Kondisi ini sangat positif bagi regenerasi alami tumbuhan dan hutan," kata Pratiwi dalam seminar virtual Teras Inovasi: Bincang Seru Profesor "Pengelolaan DAS dalam Mendukung Era New Normal", di Jakarta, Rabu.

Pada kondisi sebelum pandemi, banyaknya aktivitas manusia terkait alih fungsi lahan hutan untuk penggunaan lain dan kerusakan hutan serta lingkungan berdampak buruk pada ekosistem DAS dan lingkungan hidup serta berkontribusi terhadap bencana hidrometeorologi.

Pratiwi menuturkan dengan pembatasan pergerakan orang, ada peluang bagi plasma nutfah secara alami bertumbuh kembang dengan baik.

Kondisi itu juga memberikan peluang peningkatan akumulasi serasah, biji-bijian, tumbuhan berkecambah dan tumbuh menjadi bibit yang lebih bagus.

Pratiwi menuturkan kesadaran masyarakat untuk tidak mengganggu hutan atau lahan yang bervegetasi permanen, mungkin dapat dikembangkan pada masa normal baru (new normal), dan itu sangat bermakna bagi perbaikan ekosistem DAS.

Pratiwi menuturkan alih fungsi hutan menjadi penggunaan lahan lain sering kali menyebabkan degradasi hutan dan lahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi hidrologi daerah aliran sungai.

Perubahan kondisi hidrologi akan menurunkan jasa lingkungan hidup di dalam DAS dan akhirnya kehidupan yang ada di dalam DAS itu juga akan terpengaruh.

Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya hutan, lahan dan air dalam DAS yang berkelanjutan agar kehidupan menjadi lestari.

Baca juga: Karyawan RSUD Mandau dikabarkan positif Covid-19

Baca juga: 58 persen wilayah Indonesia sudah masuk dalam zona hijau COVID-19


Pewarta: Martha Herlinawati S