Wako Pekanbaru perintahkan warga di zona merah COVID-19 di rapid tes massal

id Rapid tes

Wako Pekanbaru perintahkan warga di zona merah COVID-19 di rapid tes massal

Arsip foto. Petugas kesehatan di Puskesmas Putussibau Utara sedang melakukan tes cepat. (ANTARA/Timotius).

 Pekanbaru (ANTARA) - Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT memerintahkan tim gugus tugas penanggulangan COVID-19 setempat untuk melakukan tes cepatmassal bagi warga yang bermukim di zona merah.

"Pemko akan mencari dan jemput bola siapa yang tertular COVID-19 dengan melakukan rapid tes bagi warga yang bermukim di zona-zona merah seperti Tampan," kata Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT di Pekanbaru, Jumat.

Firdaus MT mengatakan, rapid test massal ini merupakan upaya jemput bola dalam menemukan kasus COVID-19 di Pekanbaruserta mengetahui sejak dini dan menemukan siapa-siapa yang tertular COVID-19 sehingga penanggulangannya bisa lebih cepat.

"Karena kita tidak tahu siapa yang kena siapa yang tidak, maka Pekanbaru akan pakai metode seperti yang dikatakan Presiden Jokowi yakni Temukan Obati dan Sembuhkan (TOS)," kata Firdaus MT.
Sejumlah warga mengikuti tes cepat (rapid test) COVID-19 di Puskesmas Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (2/4/2020). Seluruh Puskesmas di Pekanbaru menggelar rapid test serentak yang diprioritaskan untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP), karena jumlah jumlah ODP di Provinsi Riau meningkat drastis hingga lebih dari 20.000 seiring kepulangan TKI dari Malaysia. (ANTARA/FB Anggoro)


Selanjutnya jika ada hasil rapid tes positif maka akan dilakukan karantina dan pemeriksaan swab agar tidak menularkan ke yang lain.

Kata dia kini tim gugus masih menunggu kedatangan alat rapid test, begitu tiba maka akan digunakan untuk masyarakat Tampan.

Mengapa Tampan lanjut dia, karena wilayah itu zona merah yang jumlah kasusnya tertinggi di Pekanbaru.

Wako mengaku kewalahan dalam memberikan pemahaman terkait protokol COVID-19 di wilayah Kecamatan Tampan. Sebagian masyarakat yang berada di wilayah tersebut belum mengindahkan imbauan dan anjuran yang diberikan pemerintah terkait protokol COVID-19.

Sehingga masih banyak masjid dan musala yang melaksanakan salat berjamaah. Ini rawan sekali untuk penularan COVID-19, karena mereka tidak mengindahkan aturan dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Salah satunya tidak menerapkan phisycal distancing atau menjaga jarak antara seseorang. Selain itu aktivitas masyarakat masih cukup ramai meski PSBB tengah berlangsung," katanya.

Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Riau Indra Yopi menyebutkan, per 7 Mei 2020, total positif COVID-19 di Riau ada 66 kasus yang terdiri dari 32 orang masih dirawat, 28 sehat dan sudah dipulangkan, dan enam meninggal dunia.

"Yang meninggal 9,8 persen dari jumlah pasien positif, mereka adalah pasien dalam pengawasan yang meninggal dan seminggu kemudian hasilnya baru diketahui positif," katanya.

Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat berjumlah 192 pasien, sedangkan PDP negatif COVID-19 dan dipulangkan berjumlah 520 orang, dan yang meninggal dunia ada 92 orang. (adv)