1 tahun MRT Jakarta: Pengalaman, perbandingan, dan harapan

id MRT Jakarta,Satu Tahun MRT Jakarta,Mass Rapid Transit,berita riau antara

1 tahun MRT Jakarta: Pengalaman, perbandingan, dan harapan

Pekerja menyelesaikan pembangunan mini information center atau pusat layanan informasi Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (4/1/2019). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras)

Jakarta (ANTARA) - Tahun 2019 menjadi tonggak penting dalam modernisasi sistem transportasi massal di Indonesia, dengan peresmian MRT Jakarta, transportasi cepat massal berbasis rel pertama, dan pengembangan kereta berkecepatan tinggi pertama di Tanah Air.

Pada 23 Maret, Presiden Joko Widodo meresmikan MRT Jakarta, menandai era baru dalam sistem transportasi kereta api Indonesia.

Jalur pertama MRT Jakarta yang menghubungkan bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat dengan Lebak Bulus di Jakarta Selatan melengkapi layanan bus Transjakarta, Commuter Line, dan moda transportasi umum lain di Jakarta yang termasuk dalam kota terpadat di dunia.

Setelah hampir satu tahun beroperasi secara komersial, MRT Jakarta menjadi salah satu alat transportasi yang cukup penting bagi penduduk Jakarta.

Presiden direktur PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, perusahaan milik pemprov DKI Jakarta tersebut telah berhasil memperoleh untung selama setahun pertama beroperasi, terutama dari penjualan tiket, subsidi tiket, dan bisnis non-farebox.

Namun, selain soal pendapatan dan keuntungan, hal lain yang menarik dan tidak kalah penting untuk diketahui dari satu tahun beroperasinya MRT Jakarta adalah bagaimana pendapat dan pengalaman para pengguna layanan MRT Jakarta.

Sejumlah pengguna yang diwawancarai ANTARA menyatakan, layanan yang diberikan MRT Jakarta sudah cukup baik dan memadai, mengingat MRT Jakarta masih pada tahap awal beroperasi.

Pendapat tersebut salah satunya disampaikan oleh Victor Maulana (31), yang biasa menggunakan MRT Jakarta untuk keperluan pekerjaan.

"Cukup nyaman dan rute untuk tahap awal ini mungkin cukup memadai, melewati beberapa lokasi inti di Jakarta. Secara jadwal dan fasilitas cukup bagus untuk permulaan," ujarnya.

Victor yang sudah 13 tahun tinggal di Jakarta mengaku cukup nyaman memakai MRT meskipun pada saat jam sibuk.

Pendapat serupa disampaikan oleh Yudi Susanto (34) yang merasa senang karena Jakarta, kota yang ia tinggali selama hidupnya, akhirnya pada 2019 memiliki transportasi massal berkualitas baik.

"Secara keseluruhan sih bagus banget ya Indonesia, khususnya Jakarta, sekarang punya transportasi yang terbilang layak," kata dia.

Yudi yang bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta mengaku memiliki pengalaman yang menyenangkan saat menggunakan MRT Jakarta.

"Saya pakai MRT waktu itu untuk jalan-jalan saja karena rute dari rumah ke kantor belum dilewati. Menurut saya, itu menyenangkan, bersih, aman, dan on time," ucapnya.

Namun, dibandingkan dengan MRT yang sudah beroperasi lama di beberapa kota di negara lain, MRT Jakarta masih perlu memperbaiki dan meningkatkan sejumlah sarana dan prasarana.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi (tengah) berbincang bersama Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar (kanan) dan Duta Besar Jepang untuk RI Masafumi Ishii (kiri) saat menumpang kereta MRT di Jakarta, Jumat (10/1/2020). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj)


Salah satu yang menjadi perhatian pengguna MRT adalah masih terbatasnya jangkauan area yang dilalui jalur MRT.

"Kalau dibandingkan dengan MRT di negara-negara lain, MRT tentu masih jauh (kualitasnya) dari segi jangkauan. MRT Jakarta jangkauan rutenya masih sangat sedikit. Contohnya, MRT Singapura secara jangkauan areanya sudah luas. Banyak jalur yang bersinggungan dan bahkan

nyambung ke gedung-gedung kantor dan pusat perbelanjaan," ujar Yudi.

Pendapat senada disampaikan beberapa pengguna lain MRT Jakarta.

"Dibandingkan dengan MRT yang sudah saya coba di Singapura dan di Hong Kong, MRT Jakarta secara kenyamanan dan ketepatan waktu hampir sama. Tapi yang paling jomplang adalah masalah rute, di mana MRT di kedua negara tersebut sudah memiliki rute yang sangat luas, yang hampir mencakup seluruh wilayah Hong Kong dan Singapura," ucap Anita Puspitaningsih (41) yang sering menggunakan MRT Jakarta bila harus bertemu dengan mitra bisnisnya di area Jakarta Pusat.

Jalur pertama MRT Jakarta sekarang ini memang hanya menghubungkan bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat dengan Lebak Bulus di Jakarta Selatan.

Walaupun jangkauan MRT Jakarta masih terbatas, pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai kualitas layanan MRT Jakarta tidak kalah dari MRT yang ada di beberapa kota di luar negeri.

"Ya MRT Jakarta yang sekarang ini samalah dengan MRT di luar negeri. Layanannya sama yang beda panjang jangkauannya saja. Di luar negeri kan sudah begitu panjang, kita kan baru mulai," kata dia.

Namun, jika dibandingkan dengan MRT yang ada di negara-negara di kawasan ASEAN, menurut Djoko, MRT Jakarta bisa dibilang berada di urutan ke-3 setelah Singapura dan Malaysia.

"Untuk ukuran ASEAN, MRT itu pertama Singapura, Malaysia, lalu Indonesia. Kalau LRT sih Bangkok sudah ada. Ya kalau dianggap dengan Bangkok, dan ada kelas MRT mungkin kita nomor 3, tapi kalau untuk kereta-kereta yang sedang itu kita nomor 5," ujarnya.

"Kalau untuk layanan, MRT Jakarta setaralah dengan yang diluar ya, sama-sama standar internasional," lanjutnya.

Terlepas dari penilaian tersebut, Djoko berharap pihak pengelola MRT Jakarta akan melakukan sejumlah perbaikan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang diperlukan.

Salah satu peningkatan kualitas prasarana yang amat diperlukan MRT Jakarta adalah penambahan jalur untuk memperluas jangkauan rute perjalanan sehingga akan lebih banyak masyarakat dan pendatang di Jakarta yang mau menggunakan MRT.

"Jaringan kita belum terhubungkan semua, kalau kita lihat jaringan di luar negeri, kota-kota besar itu dia terhubungkan hampir memenuhi wilayah kota," ucap Djoko.

Jangkauan rute MRT yang belum cukup luas itu, menurut dia, yang menyebabkan masih banyak orang yang memilih untuk tidak menggunakan MRT untuk perjalanan di dalam Jakarta. Beberapa orang lebih memilih ojek online.

"Kalau istilahnya kereta yang kada di Jabodetabek itu mengakomodir orang bekerja yang rumahnya daerah pinggiran. Tetapi ketika di dalam Jakarta dia bepergian naik kereta? Itu belum seperti itu, masih kecil lah jumlahnya. kalau di luar negeri udah biasa orang 'main' di angkutan umum," ungkapnya.

Selanjutnya, Djoko menyebutkan beberapa sarana yang mungkin perlu ditambahkan oleh pihak PT MRT Jakarta untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna, salah satunya video peragaan tentang hal-hal yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan darurat.

"Informasi bila ada kejadian darurat itu mungkin harus lebih terakomodasi lagi. Saya lihat kalau di Korea Selatan itu informasi sampai ada di dalam keretanya, video-videonya itu di putarkan. Diingatkan penumpang kalau ada jalan keluar untuk evakuasi. Informasi seperti ini saya kira penting untuk ditambahkan," katanya.

Peningkatan kualitas lain yang diharapkan pengguna yang diwawancarai ANTARA, yaitu adanya sambungan langsung beberapa stasiun MRT dengan gedung pusat perbelanjaan atau perkantoran, lebih banyak cafe dan mini market, serta petunjuk arah jalan untuk setiap pintu keluar stasiun MRT.

"Menurut saya masih perlu ditambah banyak informasi tentang pintu keluar. Misalnya 'Exit A' untuk keluar ke jalan apa, dan 'Exit B' untuk kemana saja. Biar orang yang tidak setiap hari naik pun bisa lebih mudah memahami kalau keluar dari pintu yang ini akan menuju ke jalan apa," ungkap Rendy (30), salah satu pengguna regular MRT Jakarta.

Tahap kedua pembangunan jalur MRT akan segera dimulai. Jalur baru MRT nantinya akan melalui area bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, menuju area Kota di Jakarta Barat, dan jalur akan dilanjutkan ke area barat Ancol di Jakarta Utara.

Proyek jalur baru MRT tahap kedua itu diharapkan selesai pada 2024, sementara jalur baru lain yang melalui area Ujung Menteng di Jakarta Timur hingga area Kembangan di Jakarta Barat akan mulai dibangun pada 2022.

Dengan penambahan jalur dan rute baru untuk memperluas jangkauan serta peningkatan sarana yang lebih baik, MRT Jakarta diharapkan dapat menjadi transportasi utama andalan masyarakat di dalam Jakarta, sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat dibatasi.

"Masyarakat Indonesia sudah terlanjur menggunakan banyak kendaraan pribadi, itu jadi kendala. Namun, dengan transportasi massal yang nyaman dan memadai saya yakin akan lebih banyak yang menggunakan transportasi umum," demikian pengamat transportasi Djoko Setijowarno.

Baca juga: KAI-MRT bentuk perusahaan patungan, Erick Thohir bersyukur akhirnya dapat terwujud

Baca juga: Jepang berharap MRT Jakarta dapat mengatasi masalah kemacetan

Baca juga: Menhub Budi Karya tampil ngeband bersama Padi Reborn di stasiun MRT