23 Tusukan Mengantar Sang Loper Ke Liang Lahat

id 23 tusukan, mengantar sang, loper ke, liang lahat

Kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai, Provinsi Riau, yang sebelumnya tampak sunyi, Senin malam (6/6), sekitar pukul 21.00 WIB, tiba-tiba dipenuhi oleh sejumlah kalangan kaum "Adam Hawa".

Tepat di depan pintu kamar "calon penghuni liang lahat" itu, bertengger sebuah mobil ambulan bewarna hijau tua. Dari sekitar lima puluhan orang yang didominasi oleh kaum pria dan wanita dewasa itu, tidak tampak keceriaan. Tawa dan senyum seakan "haram" untuk dipertunjukkan.

Di balik kamar yang lebarnya diperkirakan seluas lapangan badminton itu, terdengar keras rintihan seorang pria dewasa. Pria berkumis bernama lengkap Muhammad Safir itu kemudian keluar, ia menuju sebuah ruangan sempit, bersebelahan dengan ruang "pensucian" atas jasad keponakannya yang sebelumnya ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan.

Korban diketahui bernama Deviander, warga Jalan Siderejo, Gang Muria Ujung, Kelurahan Ratu Sima, Kecamatan Dumai Barat. Diusianya yang baru beranjak 21 tahun, pria yang kesehariannya berkerja sebagai loper koran di Media Cetak "Harian Vokal" ini harus menempuh ajalnya dengan jalur yang tak wajar.

Deviender terindikasi sebagai korban pembunuhan sadis. Sekujur tubuhnya terdapat 23 lobang bekas tusukan benda tajam.

Hasil visum et repertum menyebutkan, ke-23 luka tusuk itu masing-masing 13 buah terdapat pada bagian lipatan lengan kanan dan kiri, empat pada tungkai kiri, dan enam terdapat di sisi punggung tubuh. Rata-rata luka tusuk benda tajam disekujur tubuh pria semampai itu diperkirakan membentuk lubang sedalam 2-5 centimeter (cm), dengan ukuran robek yang diperkirakan rata-rata 1-1,5 cm.

Selain luka tusuk, korban juga mengalami berbagai luka yang diduga bekas penganiayaan berat lainnya. Di antaranya luka lecet sepanjang dan selebar 9x10 cm pada lengan kanan bagian atas, luka lecet sepanjang/lebar 9x3 cm pada lengan kanan bagian bawah, serta luka lecet lainnya, yakni di bagian punggung sebelah kanan dengan panjang/lebar 3x1 cm.

Selain itu, pada tubuh bagian pundak sebelah kiri korban juga mengalami memar yang telah membiru. Memar tersebut berbentuk oval berdiameter kurang lebih 4,5x6 cm yang diindikasikan bekas hantaman benda tumpul.

Kecuali itu, di sekujur tubuh korban juga terdapat bekas luka sayat yang menyebabkan sebagian kulit arinya mengelupas. Pengelupasan kulit pada bekas luka sayat itu diduga diakibatkan kondisi jasad yang sudah mulai membusuk.

"Diperkirakan korban sudah meninggal sejak dua hari lalu. Kondisi ini dilihat dari jasad korban yang sudah mulai mengeluarkan bau busuk," kata seorang petugas visum, Irnanda.

Seorang pejabat Kepolisian Sektor Dumai Barat Polres Dumai, Ajun Komisaris Polisi Sanusi, menjelaskan, berdasarkan keterangan sejumlah saksi, korban sebelumnya ditemukan di sebuah saluran air atau parit yang berada di sekitar perkebunan kelapa sawit, tepatnya di Jalan BTN Taman Mina Patra.

Menurut saksi, masing-masing Sridarwati (48) dan Suindah Sari (18), kata Sanusi, korban ditemukan tengah terapung di sebuah parit basah. Sekujur tubuhnya tertutupi oleh pelepah pohon kelapa sawit, sehingga penampakan jasad sedikit remang.

"Kedua saksi yang menemukan korban, kemudian melaporkannya ke salah seorang 'security' yang berada di pos jaga PT Pertamina," kata Sanusi.

Sridarwati, seorang saksi atas kasus dugaan pembunuhan tersebut dalam berita acaranya di kepolisian menjelaskan, penemuan mayat korban bermula saat dirinya bersama anaknya, Suindah Sari, tengah berjalan kaki setelah pulang berkebun di sebuah lahan persawitan tidak jauh dari temuan mayat.

Sridarwati, (Senin 6/6), sekitar pukul 16.00 WIB, secara tak sengaja, menemukan sebuah helm atau pelindung kepala yang diperkirakan masih dalam kondisi baik. Melirik temuan itu, sang anak kemudian bergegas menuju helm yang tersangkut diantara semak belukar tidak jauh dari saluran air.

Namun, ketika hendak manarik helm yang sedikit tersangkut, Sridarwati dan anaknya secara tak sengaja dikejutkan dengan kemunculan sesosok mayat pria yang terapung persis di bawah helm temuan. Kondisi mayat diakui kedua ibu anak itu, sudah mulai mengeluarkan aroma tak sedap dengan diradius maksimal penciuman 10-15 meter.

Temuan itu kemudian membuat ibu anak ini spontan berteriak meminta tolong hingga akhirnya, keduanya tiba di pos penjagaan PT Pertamina yang berjarak sekitar beberapa kilometer dari lokasi penemuan mayat.

Petugas keamanan perusahaan berbadan usaha milik negara (BUMN) yang menerima informasi tersebut, kemudian bergegas menuju lokasi temuan mayat dan kemudian melaporkan temuan itu ke Polsek terdekat (Dumai Barat-red).

Aparat kepolisian yang menerima laporan itu sekitar pukul 19.30 WIB, kemudian juga menuju kelokasi untuk kepentingan olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Setelah olah TKP, kita kemudian membawa jasad ke RSUD Dumai untuk kepentingan visum," kata AKP Sanusi, menjelaskan.

Seorang kakak kandung korban, Yuni, yang ditemui di kamar mayat RSUD Dumai, mengatakan, sebelum korban sudah tidak lagi pulang ke rumah sejak dua hari yang lalu.

"Malam Minggu (Sabtu 4/6) sebelum hilang, adik saya hanya pulang sebentar. Kemudian sekitar jam sepuluh malam (22.00 WIB -red), dia keluar lagi. Katanya mau 'ngambil' gitar di rumah temannya, " kata Yuni.

Dengan lantunan kata tak beraturan, wanita 28 tahun ini kembali menjelaskan, sejak kepergian dua hari lalu, korban Deviender tak lagi melantunkan kabar beritanya.

Berulang pihak keluarga mencoba untuk melacak keberadaanya, namun usaha tersebut terkesan sia-sia, karena sinyal harapan "penampakan" sang adik tak kunjung tercapai.

"Kita sudah coba telepon lewat hp (handphone), aktif tapi nggak pernah diangkat. Kami sekeluarga juga sempat ke paranormal, katanya dia masih dalam kondisi sehat," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Pernyataan paranormal tersebut tidak mampu menghapus keresahan Yuni beserta Ayah Bunda. Mereka akhirnya berinisiatif untuk mencari korban siang malam. Seluruh rumah kerabat, sahabat, serta kekasih korban tidak luput dari aksi kepanikan keluarga malang itu.

Hingga pada suatu hari, bayang-bayang kecemasan itu menghasilkan sebuah kepiluan yang mendalam. Sang anak sekaligus adik tercinta, dikabarkan tewas dengan 23 tusukan bekas penganiayaan yang akhirnya mengantar sang loper koran ke liang lahat.