KLH Dumai Kewalahan Atasi Lutung Perusak Mangrove

id klh dumai, kewalahan atasi, lutung perusak mangrove

Dumai, 1/6 (ANTARA) - Petugas Kantor Lingkungan Hidup Kota Dumai, Riau, kewalahan mengatasi monyet lutung yang sampai saat ini telah merusak tanaman mangrove di sepanjang pantai kota berjuluk Mutiara Pantai Sumata itu.

Kepala Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai Emi Yuzar kepada ANTARA di Dumai, Rabu mengatakan, sepanjang 2010, kawanan lutung diperkirakan telah merusak sekitar 20 persen tanaman mangrove.

"Selain lutung memang ada juga mangrove yang mati akibat terjangan abrasi, tapi sebagian besar mati atau rusak akibat lutung," katanya.

Lutung-lutung itu memakan pucuk tanaman mangrove terutama jenis bakau belukap dan nipah yang menyebabkan mangrove kemudian rusak dan berlahan punah.

Ia menguraikan, dari 10 ribu batang mangrove yang ditanam oleh pihaknya di tahun 2009, setelah diverifikasi saat ini hanya tinggal sekitar 80 persennya.

"Setelah kami cek lebih jauh, ternyata penyebab kematian mangrove khususnya jenis belukap dan nipah disebabkan serangan lutung," ujar Emi.

Ia mengemukakan, pihaknya sudah berusaha mencarikan solusi agar lutung-lutung itu tidak lagi memangsa manrove, namun sampai saat ini belum ada yang berhasil.

Emi menjelaskan, saat ini kondisi tanaman mangrove di wilayah pantai dan bibir sungai Dumai mulai dari jenis api-api, nipah, prepat, belukap dan berembang, setiap tahunnya terus berkurang.

Kondisi ini, kata dia, ditambah lagi dengan maraknya pembalakan mangrove ilegal di beberapa wilayah kelurahan se Kota Dumai, khususnya wilayah yang berdekatan dengan pantai dan minimnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dumai.

"Secara otomatis, pembalakan liar oleh masyarakat ini juga turut memperlaju kepunahan mangrove di Dumai. Sementara anggaran daerah yang minim, jelas tidak mampu untuk merealisasikan sejumlah program lingkungan yang salah satunya tentang budidaya mangrove," katanya.

Berdasarkan data dan fakta lapangan, sejumlah warga, khususnya yang berada di Kecamatan Sungai Sembilan dan Kecamatan Dumai Timur, menebang mangrove secara liar tanpa adanya penanaman kembali.

Kebanyakan mangrove yang menjadi sasaran warga tersebut adalah jenis api-api yang batangnya dikenal kuat menghasilkan arang dengan kualitas baik.

Hasil produksi arang di Dumai dikabarkan juga telah dijual hingga ke pasar internasional. Puluhan bahkan ratusan ton arang mangrove produksi Dumai, diekspor ke berbagai negara termasuk Malsysia dan Singapura.