Balai TNTN operasi bersihkan jerat di jalur perlintasan gajah, begini penjelasannya

id operasi jerat satwa,balai TNTN,gajah sumatera,taman nasional tesso nilo riau,Kepala Balai TNTN,Halasan Tulus,berita riau antara,berita riau terbaru,te

Balai TNTN operasi bersihkan jerat di jalur perlintasan gajah, begini penjelasannya

Jerat-jerat yang diamankan dalam operasi Balai TNTN dan Yayasan TNTN di kawasan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo pada Februari 2020. (FOTO ANTARA/HO-Balai TNTN)

Pekanbaru (ANTARA) - Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Provinsi Riau menggelar operasi pembersihan jerat di kawasan konservasi tersebut, terutama di jalur perlintasan gajah sumatera.

"Operasi ini kita gelar selama satu pekan. Yang ikut serta dari Balai TNTN dan juga dari Yayasan TNTN," kata Kepala Balai TNTN, Halasan Tulus ketika dihubungi dari Pekanbaru, Senin.

Ia menjelaskan operasi pembersihan jerat rutin digelar. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya pemasangan jerat bagi satwa.

Meski sudah sering mengampanyekan bahaya jerat, Halasan mengatakan masih ada warga yang memasangnya dengan berbagai macam alasan.

"Ya warga beralasan jerat dipasang karena untuk menangkap babi. Tapi itu kan kita tidak bisa pastikan, sedangkan satwa yang bisa dijerat bukan hanya babi dan lokasinya dipasang di perlintasan gajah," katanya.

Dalam operasi tersebut tim berhasil menemukan sembilan jerat berbahan nilon yang memiliki panjang masing-masing dua meter. Jerat-jerat tersebut dipasang warga di antara batas Desa Gunung Melintang dengan kebun hutan tanaman industri PT RAPP dan perkebunan sawit PT WJT.

"Sembilan jerat yang ditemukan sudah kita amankan dan dilakukan pemusnahan," katanya.

Sejumlah petugas menunjukkan jerat yang diamankan dalam operasi Balai TNTN dan Yayasan TNTN di kawasan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo pada Februari 2020. (FOTO ANTARA/HO-Balai TNTN)


Ia menjelaskan luas TNTN adalah 38.576 hektare (ha) berdasarkan surat keputusan menhut No.255/Menhut-II/2004. Kemudian kawasan konservasi itu diperluas menjadi 83.068 ha dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009.

Namun, kerusakan yang terjadi di kawasan itu akibat perambahan sudah sangat masif yang mengubah bentang alam hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Di sisi lain, kawasan konservasi tersebut merupakan habitat asli bagi satwa dilindungi seperti gajah sumatera (elephas maximus sumatrensis) dan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).

"Di TNTN diperkirakan gajah sumatera liar mencapai 150 ekor. Tesso Nilo juga merupakan perlintasan gajah dari kelompok lainnya di landskap tersebut," katanya.

Jerat yang dipasang warga pada tahun2019 juga telah melukai gajah liar di sana, demikianHalasan Tulus.

Baca juga: KLHK optimistis Omnibus Law bisa selesaikan konflik di Tesso Nilo, begini penjelasannya

Baca juga: Konflik gajah Sumatera dengan manusia di Riau meningkat akibat kebakaran Tesso Nilo

Baca juga: VIDEO - Kebakaran hutan terus bermunculan di Taman Nasional Tesso Nilo