Pertamina Dumai produksi bahan bakar kapal berstandar internasional

id Pertamina dumai, bahan bakar kapal

Pertamina Dumai produksi bahan bakar kapal berstandar internasional

SAlah satu unit pengolahan Pertamina di Riau. (ANTARA/HO-Pertamina)

Dumai (ANTARA) - Guna meningkatkan dayasaing kilang dan optimalisasi potensi, PT Pertamina RU II Dumai kembali jalankan inovasi dengan memproduksi marine fuel oil (MFO) viskositas 180 centistoke (cSt) dan kandungan sulfur rendah.

Manager Senior Operasi Pertamina RU II Permono Aviantodi Dumai, Kamis, mengatakan keberhasilan memproduksi MFO 180 cST low sulphur ini untuk menjawab tuntutan dan tingginya permintaan bahan bakar minyak khusus kapal berkualitas tinggi.

Dijelaskannya, terobosan ini ialah satu wujud komitmen Pertamina RU II dalam menjalankan inovasi dan efisiensi berkelanjutan, sekaligus menjawab tantangan dari International Maritime Organization (IMO).

Dalam persyaratan IMO, ditetapkan bahwa standar batasan kualitas sulfur baru untuk produk MFO pada tahun 2020 yakni tidak melebihi angka 0,5 persen dibandingkan batasan sebelumnya sebesar 4,5 persen.

Standar baru IMO ini kemudian dituangkan dalam Keputusan Dirjen Migas Nomor 0179.K/DJM.S/2019 yang menyatakan pemenuhan pembatasan kadar sulfur pada bahan bakar jenis MFO dimulai efektif sejak 1 Januari 2020.

"Kami bersyukur atas keberhasilan pekerja Pertamina RU II dalam menghasilkan produk MFO sesuai standar IMO, dan ini juga sejalan dengan rencana kerja inovasi terkait kehandalan kilang dan produk berkualitas tinggi," ujarnya.

Produksi MFO 180 cSt Low Sulphur ini telah dimulai persiapan sejak Juli 2019 melalui serangkaian proses simulasi tertulis, analisis laboratorium hingga percobaan lapangan.

Untuk tahap awal, volume produksi sebanyak 30.000 barrel dengan potensi optimal hingga 200.000 barrel per batch, dan akan digunakan awalnya bagi kebutuhan pengisian bahan bakar cadangan kapal bersandar di dermaga Pertamina RU II.

"Ke depan bisa saja produk MFO ini dapat menjadi salah satu komoditas yang kami jual untuk keperluan eksternal," sebutnya.

Keuntungan dari produksi produk MFO 180 cSt Low Sulphur ini, dalam kondisi optimal potensi profit dapat diperoleh mencapai angka USD 220 juta per tahun, karena tingginya harga jual bahan bakar tersebut.

Disamping itu, keberadaan produk MFO 180 cSt Low Sulphur ini menggantikan pasokan MFO kebutuhan bunker RU II yang selama ini disuplai dari RU IV Cilacap, atau dalam artian dapat berdampak pada penurunan tingkat antrian di dermaga hingga 7 persen.

"Sebagai kilang memasok hingga 20 persen kebutuhan energi nasional, kami berharap doa dan dukungan seluruh pihak dan masyarakat agar Pertamina dapat terus kembangkan inovasi dan efisiensi ke depannya," demikian Permono.