Realisasi penerimaan Bea Cukai Riau 2019 turun 11,43 persen, begini penjelasannya

id realisasi penerimaan bea cukai riau,BC Riau,berita riau antara,berita riau terbaru

Realisasi penerimaan Bea Cukai Riau 2019 turun 11,43 persen, begini penjelasannya

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Riau, Ronny Rosyfyandi (kiri) memberikan pemaparan kinerja tahun 2019 di Pekanbaru, Kamis. (ANTARA/FB Anggoro)

Pekanbaru (ANTARA) - Realisasi penerimaan negara dari bea dan cukai di Provinsi Riau selama 2019 mencapai Rp279,7 miliar, menurun sebesar 11,43 persen ketimbang tahun 2018.

"Fungsi kami adalah mengutip kegiatan perdagangan yang terjadi. Tak bisa dipungkiri lesunya kondisi perdagangan internasional juga terimbas ke sini," kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Riau, Ronny Rosyfyandi di Pekanbaru, Kamis.

Ia mengatakan kinerja penerimaan pada 2019 total mencapai Rp279,7 miliar atau 94,64 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp295 miliar. Penerimaan BC Riau terdiri dari penerimaan bea masuk mencapai Rp153,3 miliar, bea keluar Rp125,42 miliar dan cukai Rp968,1 juta.

Selain itu, penerimaan "extra effort" seperti nota pembetulan dan penelitian ulang, mencapai Rp10,86 miliar.

Dalam kurun waktu tahun 2019, lanjutnya, volume kegiatan impor mengalami penurunan yang cukup tajam, yang ditunjukkan dengan penurunan nilai devisa bayar sebesar 11,57 persen dibandingkan tahun lalu (yoy), dan penurunan jumlah dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) 9,19 persen (yoy).

Kemudian terjadi peningkatan penggunaan skema tarif preferensi (FTA) sebesar 4,07 persen dibandingkan 2018.

Seiring dengan harga rata-rata minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) global yang sampai kini masih bergerak di bawah harga referensi, lanjutnya, hal itu berdampak pada penerimaan di sektor bea keluar yang hanya berasal dari komoditas cangkang kernel dan bungkil kelapa sawit.

Bea masuk dari impor juga tercatat mengalami penurunan dan didominasi oleh importasi yang dilakukan perusahaan di sektor industri kertas dan sawit yang banyak beroperasi di Riau. Sementara itu, penerimaan di sektor cukai berasal dari objek cukai liquid vape atau ekstrak dan esens tembakau.

Meski mengalami penurunan penerimaan negara, DJBC Riau tetap mengapresiasi pelaku bisnis sebagai pemangku kebijakan yang berkontribusi dalam penerimaan negara. Karena itu, ia mengatakan pihaknya memberi penghargaan terhadap pemangku kebijakan yang dinilai berkontribusi selama 2019.

Penerima penghargaan di antaranya adalah Polres Pelalawan selaku institusi yang membantu fungsi pengawasan dan pengakan hukum. Kemudian perusahaan penyumbang bea masuk terbesar di Riau, yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper, PT Sambu Grup, dan APR.

Untuk penyumbang bea ekspor terbesar, penghargaan diberikan kepada PT Jatim Propertindo Jaya, kemudian PT Biomass Fuel Indonesia.

Baca juga: VIDEO - Begini penampakan jutaan batang rokok ilegal di Riau

Baca juga: BC Dumai musnahkan barang tangkapan tahun 2019, jenisnya fantastis