Kapolda Riau : Jangan sebut sekolah marjinal, tapi sekolah harapan

id Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, sekolah, Pekanbaru

Kapolda Riau : Jangan sebut sekolah marjinal, tapi sekolah harapan

Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi saat menjadi guru matematika bagi murid-murid sekolah di daerah terpencil di Kampar. (ANTRA/HO-Polda Riau)

Pekanbaru (ANTARA) - Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi meminta agar tidak ada lagi penyebutan sekolah marjinal, dan memintanya agar menyebut dengan sekolah harapan.

Irjen Agung mengatakan marjinal memiliki makna terpinggirkan sehingga alangkah baiknya istilah tersebut diganti dengan menyebut sekolah harapan.

"Tidak hanya harapan desa dan adik-adik namun juga harapan Indonesia," katanya.

Hal itu disampaikan Agung setelah mengunjungi usai mengunjungi murid-murid kelas jauh Sekolah Dasar di SDN 010 Desa Batu Sasak, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Kamis petang kemarin (31/10).

Agung Setya secara khusus datang dari Pekanbaru, Ibu Kota Riau, berjarak ratusan kilometer hanya untuk mengunjungi dan menyempatkan diri menjadi guru matematika bagi puluhan anak-anak harapan bangsa yang tinggal di bawah kaki deretan Bukit Barisan, Dusun Sialang Harapan.

"Saya mengajar matematika bilangan baris kepada anak-anak kita yang cerdas, dan pintar-pintar tersebut. Mereka semangat dan pandai matematika. Ini modal bagi guna memperoleh ilmu lebih tinggi dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari," ungkap jenderal berkaca mata itu.

Bahkan, lulusan Akpol 1988 ini memberikan kesempatan kepada seorang bocah berpakaian batik lengan dipadukan celana merah panjang, bernama Afrizal, untuk memakai topi dengan bintang dua di atasnya serta tongkat komando miliknya.

"Saya ingin jadi seperti Bapak, ingin jadi polisi, jika saya besar nanti. Itu cita-cita saya Pak," kata Afrizal disambut dengan suara tawa dan tepuk tangan saat mendengarkan suara bocah lugu itu.

Agung Setya kemudian menjawab. "Suatu hari semoga bisa menggantikan Kapolda" ujarnya.

Agung bahagia menjadi guru Matematika sesaat di SDN 010. Ia bangga berada di tengah-tengah anak-anak cerdas tersebut. Namun, ia lebih bangga lagi saat mengetahui ternyata pembangunan kelas di sekolah dasar tersebut ada peran besar polisi lalulintas Polda Riau bernama Bripka Ralon Manurung.

SDN 010 Desa Batu Sasak semula merupakan sekolah cabang tahun 2006. Bangunan sekolah ketika itu apa adanya, dan jauh dari pikiran banyak orang yang serba wah. Masyarakat menyebutnya sekolah marjinal.

Awalnya, bangunan kelas terbuat dari kayu, termakan usia akhirnya menjadi lapuk dengan kondisi memprihatinkan. Walau demikian, anak-anak Dusun Sialang Harapan tetap bersemangat belajar di bawah bangunan tersebut.

Bagi murid-murid ingin bersekolah di sekolah induk, SDN 010, mereka harus berjalan kaki membelah hutan serta menyeberangi sungai. Jika air sungai naik, anak-anak tersebut tak bisa bersekolah.

Dengan kondisi tersebut, warga desa bernama Riko, kebetulan teman kuliah istrinya, Maria Farida Naibaho, berkenalan secara tidak sengaja dengan Ralon.

Kala itu, Ralon sedang bertugas di depan kantor Gubernur Riau, Jalan Sudirman, Pekanbaru, mengatur lalulintas jalan, sekitar November 2017, melihat sekelompok warga dimotori Riko, sedang meminta bantuan pembangunan lokal sekolah marjinal tersebut.

Dari sinilah cerita berawal, hingga tercetus di benak Ralon, ia harus mewujudkan keinginan anak-anak di Desa Batu Sasak untuk memperoleh ilmu dengan bersekolah. Bahkan emas perhiasan milik istrinya juga disumbangkannya saat mengetahui sekolah marjinal dibangun atas swadaya masyarakat masih mengalami kekurangan dana.

Kondisi tersebut menggambarkan bagaimana Ralon kecil harus berjalan kaki belasan kilometer untuk bersekolah bersama-sama dengan anak-anak Suku Sakai di pelosok Kabupaten Siak, SDN 058 Kandis. Ralon tak mau, apa yang pernah ia alami menimpa anak-anak tersebut. Ia bertekad membantu membangun sekolah di Dusun Sialang Harapan secara permanen. Setelah dihitung-hitung, jumlah dana dibutuhkan Rp14,5 juta.

"Padahal, uang sumbangan baru terkumpul Rp12,5 juta. Ada kekurangan Rp2 juta. Saya ngomong dengan istri, bagaimana jika kita jual untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan. Istri setuju perhiasan emasnya dijual," kata Ralon.

Agung Setya memberikan apresiasi dan terima kasih memuji apa yang dilakukan Bripka Rolan Manurung.

"Ini adalah aksi natural dan nyata dari seorang Bintara kita membangun sekolah ini menggunakan uang tabungannya, Bripka Rolan Manurung. Ini merupakan sesuatu sangat luar biasa, inilah nilai kita untuk saling membantu ketika saudara kita kesusahan," kata Kapolda.

Agung Setya berharap, apa yang dilakukan Bripka Ralon Manurung ini dapat berdampak lebih luas kepada masyarakat di Riau.

"Kami ingin melihat ke lapangan secara nyata, hal-hal apa yang ada. Kami ingin bekerja sama dengan guru, dengan Dinas Pendidikan, dengan dinas-dinas lain bersama-sama membangun mewujudkan Indonesia Maju," pintanya.

Selama berada di sekolah tersebut, tidak hanya murid-murid saja antusias, namun juga para orang tua murid termasuk warga.