Nasib kekaisaran Jepang ada di pundak Hisahito, bocah usia 13 tahun

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,Nasib kekaisaran Jepang

Nasib kekaisaran Jepang ada di pundak Hisahito, bocah usia 13 tahun

Pangeran Hisahito (tengah), ditemani ayahnya Pangeran Akishino (kiri) dan ibunda Putri Kiko, tiba untuk mengikuti upacara kelulusan di taman kanak-kanak yang berafiliasi dengan Universitas Ochanomizu, Tokyo, Kamis (14/3 (REUTERS/Junji Kurokawa/Pool)

Jakarta (ANTARA) - Ketika pangeran termuda Jepang, Hisahito, mengunjungi Bhutan pada bulan Agustus dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri --hanya beberapa bulan setelah pamannya Naruhito menjadi kaisar, perjalanannya dianggap sebagai debut seorang raja masa depan di panggung dunia.

Menyapa tuan rumahnya dalam "hakama" kimono pria tradisional dan mencoba memanah, kunjungan itu tidak banyak diketahui publik untuk bocah lelaki yang di pundaknya masa depan monarki itu bertumpu.

Baca juga: Setelah Dua Abad, Jepang Buka Jalan Kaisar Untuk Turun Tahta

Kaisar Naruhito, 59, yang menjadi raja pada 1 Mei setelah pengunduran diri ayahnya, Akihito, akan mengumumkan penobatannya dalam upacara 22 Oktober di depan para pejabat asing dan domestik.

Jepang hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta di kekaisaran krisan kuno dan perubahan pada hukum suksesi merupakan kutukan bagi partai konservatif yang mendukung Perdana Menteri Shinzo Abe.

Hisahito,(13) laki-laki kerajaan satu-satunya untuk generasinya, berada di urutan kedua setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino,(53) adik lelaki kaisar.

"Di bawah aturan suksesi saat ini, Pangeran Hisahito ... pada akhirnya akan menanggung seluruh beban untuk melanggengkan keluarga kekaisaran," kata surat kabar Asahi dalam editorial tahun ini.

"Tekanan yang akhirnya akan pangeran ini terima terlalu sulit untuk direnungkan."

Kelahiran Hisahito pada 2006 dipandang sebagai mukjizat oleh kaum konservatif yang ingin mempertahankan suksesi khusus pria.

Tidak ada laki-laki di kekaisaran yang lahir sejak 1965 dan setelah delapan tahun menikah, istri kaisar, Masako, melahirkan seorang gadis, Putri Aiko, yang mendorong gerakan untuk merevisi undang-undang suksesi dan membiarkan perempuan mewarisi dan meneruskan takhta.

Tapi kelahiran Hisahito menunda gerakan itu. "Konservatif merasa bahwa kehendak surga telah terungkap," kata Hidehiko Kasahara, seorang cendekiawan ilmu politik di Universitas Keio.

Peran kerajaan, suksesi kekaisaran

Sekarang, beberapa ahli dan media bertanya-tanya apakah Hisahito dipersiapkan dengan baik untuk masa depan.

"Adalah penting untuk membuatnya sadar bahwa ia berada dalam posisi untuk mewarisi takhta ketika berinteraksi dengan orang-orang, dan untuk mengingatnya, sejak usia dini," kata Kasahara.

Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia Kedua tidak memberi kaisar otoritas politik, dan menunjuknya sebagai "simbol Negara dan persatuan rakyat".

Hisahito menghadiri sekolah menengah pertama yang berafiliasi dengan Universitas Ochanomizu, menjadikannya anggota keluarga kekaisaran pertama sejak perang yang belajar di luar sekolah swasta SMP Gakushuin.

Tidak seperti kakeknya, Akihito, yang mengukir peran aktif sebagai simbol perdamaian, demokrasi dan rekonsiliasi dengan para korban agresi Jepang di masa perang, Hisahito tidak memiliki mentor khusus untuk membantunya mempersiapkan diri sebagai raja masa depan.

Akihito dibimbing oleh Shinzo Koizumi, mantan presiden Universitas Keio, antara lain, dan kemudian menjadi panutan bagi putranya, Naruhito, kata para sarjana.

"Sangat penting untuk memiliki seseorang yang dapat menentukan dengannya apa yang cocok untuk seorang raja abad ke-21," kata Naotaka Kimizuka, seorang ahli monarki Eropa di Universitas Kanto Gakuin.

"Tapi tidak jelas sejauh mana Putra Mahkota Akishino atau Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara serius mempertimbangkan hal itu."

Apakah Hisahito memikul tanggung jawab penuh untuk melanjutkan garis kekaisaran masih belum jelas.

Ketika parlemen mengeluarkan undang-undang khusus yang memungkinkan Akihito turun tahta pada tahun 2017, parlemen mengadopsi resolusi tidak mengikat yang meminta pemerintah untuk mempertimbangkan bagaimana memastikan suksesi yang stabil.

Salah satu pilihan adalah untuk memungkinkan perempuan, termasuk Aiko dan dua kakak perempuan Hisahito, untuk mempertahankan status keluarga kekaisaran mereka setelah menikah dan mewarisi atau menyerahkan tahta kepada anak-anak mereka, yang dalam survei terlihat sebagai keinginan rakyat Jepang.

Kaum konservatif ingin menghidupkan kembali cabang-cabang kerajaan kecil yang dicopot dari status kekaisaran setelah perang.

Abe, bagaimanapun, tidak mungkin menginginkan diskusi yang sulit. "Mereka ingin menunda debat sebanyak mungkin," kata Kasahara.

Baca juga: Kaisar Jepang Akihito turun tahta

Baca juga: Hut Kaisar, 60 Tahun Hubungan Jepang-Indonesia Momentum Perkuat Kerja Sama


Sumber: Reuters

Pewarta : Maria D Andriana