ACT gelar pelayanan medis keliling untuk pengungsi gempa Ambon

id gempa ambon,Act ambon,ACT, ACT Riau

ACT gelar pelayanan medis keliling untuk pengungsi gempa Ambon

Dokter Rizal Alimudin, tim medis Aksi Cepat Tanggap berada di lokasi terdampak gempa di Dusun Waihula, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, Senin (14/10/2019). (ANTARA/Shariva Alaidrus)

Ambon (ANTARA) - Tim medis dari organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar pelayanan medis keliling mobile social rescue bagi para pengungsi terdampak gempa tektonik magnitudo 6,5 di Pulau Ambon dan sekitarnya, Senin.

MSR berupa pemeriksaan kesehatan dasar para pengungsi, dilakukan secara berkeliling dari satu lokasi pengungsian ke lokasi pengungsian lainnya yang tersebar di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat.

Dokter Rizal Alimudin, salah tim medis ACT yang ditemui di lokasi pengungsian di Dusun Waihula, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, mengatakan program MSR sudah dilakukan sejak 28 September 2019, dua hari pascagempa tektonik magnitudo 6,5.

Program MSR dilaksanakan guna membantu para korban gempa yang kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan langsung di rumah sakit, maupun layanan medis lainnya.

Sedikitnya ada 10 dokter ACT yang diturunkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan keliling di berbagai lokasi pengungsian yang ada di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat.

Aksi kemanusiaan ini masih akan terus dilakukan hingga masa tanggap darurat di dua kabupaten tersebut resmi dicabut oleh pemerintah setempat, pada 16 Oktober 2019.

"Kami tidak membuka posko layanan kesehatan, tapi sifatnya bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya, karena pengungsi mungkin akan agak sedikit kesulitan untuk mengakses langsung ke layanan kesehatan, jadi kami yang langsung mendatangi mereka," ucapnya.

Menurut Rizal, penyakit yang paling banyak ditemui saat pemeriksaan kesehatan pengungsi, khususnya anak-anak adalah infeksi saluran pernapasan atas (Ispa), seperti batuk, panas dan flu, juga diare dan alergi.

Selain itu, beberapa pengungsi anak-anak juga ditemukan terkena scabies atau kudis yang disebabkan oleh kutu kulit, diakibatkan kurangnya menjaga kebersihan.

"Untuk anak-anak paling banyak itu Ispa. Ada juga yang kami lihat terkena scabies tapi bukan karena dampak berada di lokasi pengungsian, sudah ada terkena sebelumnya karena masalah kebersihan," ujarnya.

Baca juga: Ada wakaf saham di BEI dari Global Wakaf

Baca juga: ACT bantu proses pemulangan 1.000 warga korban kerusuhan Wamena