ODHA sering "diintimidasi" saat berobat pada sejumlah layanan kesehatan

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,HIV/AIDS

ODHA sering "diintimidasi" saat berobat pada sejumlah layanan kesehatan

ilustrasi - HIV/AIDS (int)

Pekanbaru (ANTARA) - Kalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengeluhkan jika mereka sering diintimidasi ketika berobat di beberapa layanan kesehatan hingga mengakibatkan mereka malas untuk memeriksakan kesehatannya, dampaknya yang terjangkit HIV makin mendorong berada pada status penyandang AIDS.

"Ada beberapa layanan yang petugasnya kurang ramah ketika kami ingin memeriksakan kesehatan, kami sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang mengintimidasi sehingga banyak dari teman-teman yang malas untuk melakukan test HIV tersebut,” kata salah seorang penderita dijumpai Antara di LSM Sebaya Lancang Kuning di JLN. Thamrin No.17 Pekanbaru, Jumat.

Menurut F pelayanan kesehatan yang kurang ramah mengakibatkan teman-temannya khususnya komunitas LSL dan waria malas untuk pergi ke layanan kesehatan dan pertanyaan yang selalu dilontarkan petugas kesehatan itu seperti, sudah berpakali seks dalam seminggu?, kenapa jadi homo? Kenapa jadi waria? Kapan taubatnya?.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, katanya, yang mengakibatkan ODHA jadi malas untuk datang memeriksakan kesehatan atau mengambil obat ke pusat layanan kesehatan masyarakat itu atau ke rumah sakit.

"Memang sih sebagian kecial pelayanan kesehatan tidak seperti itu, masih ada yang ramah terhadap ODHA dan kawan komunitas, namun demikian kami tetap berharap untuk semua layanan kesehatan dapat membuat program ramah kepada para pasien yang datang," katanya.

Ketua Yayasan Sebaya Lancang Kuning, Rozi Asnita menjelaskan keberadaan ODHA masih saja menimbulkan stigma yang berdampak pada meningkatnya diskiriminasi bagi para penderita HIV/AIDS sehingga membuat ODHA cenderung akan menarik diri dari lingkungan dan tidak mau bersosialisasi.

Ia mengatakan, banyaknya stigma sosial yang mengecam kaum LGBT dan kasus HIV sebagai penyakit kaum gay, maka banyak yang merasa takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

"Mirisnya, diskriminasi dalam kehidupan sosial tersebut membuat penderita HIV khususnya teman-teman komunitas seperti Lelaki seks lelaki (LSL) dan waria malas untuk datang ke layanan ketika ingin melakukan tes, karena mereka merasa selalu di intimidasi," katanya.

Rozi mengakui bahwa memang tidak semua layanan yang ramah program terhadap teman-teman komunitas begitupun dengan kawan lainnya. Tak jarang ada beberapa pihak tenaga kesehatan yang kurang menghargai nilai-nilai yang dianut oleh pasien terutama LSL dan waria.

Namun demikian hingga saat ini Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru terus berusaha membuat program bagaimana meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah ini agar ramah terhadap komunitas ODHA.