Pekanbaru (ANTARA) - Komunitas Tuli Lancang Kuning (Kutilang), Pekanbaru, Provinsi Riau bertekad menggencarkan edukasi bahasa isyarat pada masyarakat agar bisa menjadi juru bicara isyarat yang handal sehingga penyandang tunarungu itu bisa mendapatkan akses informasi dan berkomunikasi dengan warga.
"Orang yang terampil menggunakan bahasa isyarat justru sangat minim, sehingga selama ini penyandang tunarungu sulit mendapatkan informasi melalui suara," ujar Ketua Komunitas Tuli Lancang Kuning (Kutilang), Pekanbaru, Faqi Asnan Kasoghi kepada Antara, di Pekanbaru, Kamis.
Faqi yang juga disabilitas tunarungu itu mengatakan, sulitnya mendapat informasi melalui suara, karena penyandang memiliki keterbatasan mendengar, sehingga Komunitas ini dibentuk bersama beberapa teman tuli lainnya pada 14 April 2019.
Keberadaan komunitas tuli pertama di Pekanbaru, yang beranggotakan 30 tunarungu ini, katanya menyebutkan, diharapkan menjadi wadah yang bisa mendorong untuk anggota mengembangkan potensi dan bakat penyandang tuli.
"Selama ini memang banyak perkumpulan teman tuli, tapi wadah tersebut belum maksimal mengembangkan potensi anggotanya, dan keberadaan sekretariat komunitas berlokasi di Jalan Berdikari No.46 Kelurahana Umbansari, Rumbai, Pekanbaru itu diharapkan bisa berperan maksimal," katanya.
Ia menjelaskan, kantor sekretariat ini dilengkapi dengan kelas-kelas bahasa isyarat secara gratis untuk umum, bebas syarat, yang ditujukan untuk menciptakan juru bicara isyarat yang handal agar kaum tunarungu bisa berkomunikasi, dan mengakses informasi dengan mudah.
Untuk kelas bahasa isyarat ini, katanya siapa saja boleh masuk, termasuk jika ingin terlibat dalam kegiatan kami, siapa saja boleh ikut, dan Kutilang juga menggelar kelas gratis bahasa isyarat di Car Free Day (CFD) langsung ke masyarakat.
"Kutilang juga aktif dalam program sosial bagi anggota komunitas seperti membagikan makanan untuk warga kurang mampu, bertujuan melatih kepekaan anggota Kutilang terhadap sesama. Untuk program ekonomi, Kutilang memberdayakan anggota komunitas melalui kegiatan pemberdayaan keterampilan berdagang seperti menjual baju, totebag Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), dan sering menjadi narasumber dan juru bicara dalam berbagai kegiatan seminar," katanya.
Dalam seminar tersebut, katanya, anggota komunitas selain pernah menjadi narasumber dalam seminar digelar Fakultas Kedokteran Universitas Riau, juga mengedukasi mahasiswa mengenai bahasa isyarat.
Ia menjelaskan, bahasa isyarat umum hanya digunakan untuk penyandang tuli karena tidak bisa menggunakan indera pendengaran dengan baik, sehingga perlu bahasa non verbal berupa isyarat. Edukasi ini dilakukan melalui pengenalan huruf dan angka yang lebih menggunakan bahasa tubuh, gerakan bibir, tangan, dan jari.
"Melalui edukasi bahasa isyarat tersebut diharapkan mampu mendorong kesadaran masyarakat dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah serta memberikan kemudahan aksesibilitas layanan publik
bagi penyandang disabilitas di Pekanbaru," katanya.
Berita Lainnya
Atur waktu perjalanan mudik agar anak tidak lelah di jalan
28 March 2024 16:05 WIB
Otoritas AS terus cari 6 orang pekerja yang diduga tewas akibat jembatan ambruk
28 March 2024 16:00 WIB
Bank Indonesia imbau masyarakat menukar rupiah di titik layanan BI dan perbankan
28 March 2024 15:51 WIB
Indonesia undang 44 pemimpin negara untuk hadiri Forum Air Sedunia di Bali
28 March 2024 15:46 WIB
Analis: Rupiah berpeluang menguat terhadap dolas AS seiring imbal hasil SBN kian menarik
28 March 2024 15:38 WIB
KPU pertanyakan AMIN yang baru layangkan keberatan soal Gibran
28 March 2024 15:31 WIB
BOE bakal memproduksi layar 6,1 inci untuk iPhone SE 4
28 March 2024 15:27 WIB
Cinta Laura berusaha untuk tetap produktif selama Ramadhan
28 March 2024 15:17 WIB