Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia per Juni 2019 mencapai 391,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.540 triliun (asumsi kurs tengah Bank Indonesia akhir Juni Rp14.141 per dolar AS). Jumlah utang tersebut naik 10,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri yang diumumkan BI di Jakarta, Kamis, peningkatan utang luar negeri Indonesia terutama dipengaruhi transaksi penarikan neto dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.
Baca juga: Lion bantah pemberitaan utang Rp614 triliun untuk pembelian pesawat
Dari keseluruhan ULN itu, Bank Sentral mencatat porsi utang luar negeri pemerintah pada akhir semester I 2019 itu naik 9,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 192,5 miliar dolar AS.
Sedangkan, utang luar negeri swasta naik 11,4 persen menjadi 196,3 miliar dolar AS dibandingkan periode sama tahun lalu.
Peningkatan utang luar negeri pemerintah, menurut BI, seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia yang kemudian mendorong pembelian neto Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan global oleh nonresiden pada kuartal II 2019.
"Kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia semakin meningkat, seiring dengan kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor's pada akhir Mei 2019, mendorong pembelian neto Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan global," sebut BI.
Adapun pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif. Sementara meski utang swasta tumbuh lebih tinggi dari pemerintah, pertumbuhan pada akhir kuartal II 2019 tersebut lebih rendah dibandingkan akhir kuartal I 2019 yang mencapai 13,3 persen.
Perlambatan ULN swasta disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pinjaman oleh korporasi.
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen.
Di sisi lain, BI memastikan struktur ULN Indonesia tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2019 sebesar 36,8 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya.
Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang dengan pangsa 87 persen dari total ULN.
"Bank Indonesia dan pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang luar negeri, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannnya dan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," kata BI.
Baca juga: Waduh, mantan bintang tenis Boris Becker terlilit utang terpaksa lelang trofi
Baca juga: BI nilai Pekanbaru potensial serap instrumen terbaru SBR 007, begini penjelasannya
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Berita Lainnya
Kontrol gula darah penting dilakukan usai Lebaran agar terhindar dari diabetes
20 April 2024 17:04 WIB
Barbados secara resmi akui Palestina sebagai negara
20 April 2024 16:47 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno tawarkan melukat ke 35 ribu peserta WWF-10 di Bali
20 April 2024 16:38 WIB
Ini strategi awal PalmCo pasca efektif KSO dan kelola perkebunan sawit terluas di dunia
20 April 2024 16:29 WIB
Ini lagu-lagu TVXQ! yang paling ditunggu penggemar malam nanti
20 April 2024 16:24 WIB
Kemensos RI umumkan buka 40.839 formasi ASN tahun ini
20 April 2024 16:16 WIB
Xiaomi telah luncurkan pembaruan HyperOS ke seri Redmi Note 13 di India
20 April 2024 16:07 WIB
Kemensos gandeng TNI AL untuk salurkan bantuan korban erupsi Gunung Ruang
20 April 2024 15:58 WIB