Ratusan pencari suaka di Pekanbaru demo kantor IOM

id Pengungsi, pencari suaka, IOM, UNHCR

Ratusan pencari suaka di Pekanbaru demo kantor IOM

Para WNA pengungsi sedang berunjuk rasa di Pekanbaru, Kamis (8/8). (Foto Antarariau/Anggi Romadhoni/19)

Pekanbaru (ANTARA) - Ratusan pencari suaka dari berbagai negara konflik yang berada di Kota Pekanbaru melakukan berunjukrasa ke organisasi internasional untuk migrasi atau International organizations for migration (IOM) yang berkantor di Gedung Graha Pena, Pekanbaru, Riau.

Dalam aksi damai yang dilakukan Kamis siang itu, ratusan para pengungsi yang sebagian mereka mengaku telah tinggal di Kota Pekanbaru sejak 2013 tersebut turut membawa anak-anak. Dengan bermodal karton bertuliskan aspirasi, mereka menduduki halaman luar kantor Graha Pena yang dijadikan kantor IOM.

"Kami sudah terlalu lama di sini. Kami seolah tidak memiliki masa depan. Kami punya keluarga dan anak-anak. Tapi mereka tidak peduli dengan kami," kata salah seorang pengungsi asal Afghanistan Azzad yang menjelaskan kepada Antara menggunakan bahasa Inggris fasih itu.

Azzad sendiri mengaku telah datang ke Pekanbaru sejak 2013. Dia datang di bawah perlindungan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atauUnited Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Namun, setelah enam tahun di Pekanbaru, dia tidak kunjung mendapat kepastian dari UNHCR, termasuk tujuan ke negara ketiga seperti Australia, Selandia Baru dan Kanada. Selama di Pekanbaru pula, Azzad yang mengatakan terdapat 1.000 pencari suaka hidup dalam ketidakpastian.

Anak-anak tidak mendapat akses pendidikan, begitu juga dengan para pengungsi dewasa yang tidak memperoleh pekerjaan. "Kami sangat-sangat dilupakan," ujarnya.

Sejatinya, Azzad mengatakan paham dengan kebijakan negara impian seperti Australia yang tidak lagi menerima pengungsi seperti mereka. Namun, mereka butuh kepastian di tempatkan di negara manapun asal mendapat kebebasan.

"Kami ingin diperlakukan sebagai manusia" tuturnya.

Beberapa spanduk yang dibawa para pencari suaka asal Afganistan, Sudan, Iran, Iraq dan Palestina itu bertuliskan "Please pay attention to the forgotten refugees in Indonesia", "Please hear our poor voice", "We ask for justice and equity".

Lebih jauh, Azzad juga menjelaskan bahwa aksi mereka tidak berarti menentang pemerintah atau masyarakat Indonesia. Dia mengaku selama ini telah diperlakukan dengan baik oleh masyarakat Pekanbaru.
Para WNA pengungsi sedang berunjuk rasa di Pekanbaru, Kamis (8/8). (Foto Antarariau/Anggi Romadhoni/19)


Aksi ini, katanya, hanya bertujuan untuk menunjukkan kepada UNHCR dan dunia bahwa ada 14.000 pencari suaka se Indonesia, dan 1.000 diantaranya yang terlupakan di Pekanbaru. "Tolong dengarkan suara kami. Lihatlah wajah-wajah kami. Ada begitu banyak pengungsi di sini," katanya lagi.

Aksi damai yang digelar para pencari suaka itu mendapat pengawalan puluhan personel polisi. Hingga berita ini diturunkan, belum ada perwakilan IOM maupun UNHCR yang menemui mereka. Sebelumnya, aksi serupa juga digelar para pencari suaka di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Tanjung Pinang, Kepulauan Riau serta di Jakarta.