Pemkab Rokan Hilir minta masa kerja BRG diperpanjang

id BRG, gambut, restorasi gambut

Pemkab Rokan Hilir minta masa kerja BRG diperpanjang

Sejumlah orang tampak berada di infrastruktur pembasahan gambut berupa sekat kanal yang dibangun Badan Restorasi Gambut (BRG) dan warga Desa Sei Segajah Makmur, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Rabu (10/7/2019). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Rokan Hilir, Riau (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Rokan Hilirmeminta agar masa kerja Badan Restorasi Gambut diperpanjang mengingat masyarakat mulai merasakan hasil kinerjanya.

“Kalau bisa tambah satu periode lagi agar tuntas permasalahannya. Kadang disayangkan kalau satu persoalan belum tahu penyebabnya tapi sudah selesai penugasannya,” kata Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Kabupaten Rokan Hilir Feri Hapraya di Rokan Hilir, Riau, Kamis.

Menurut dia, masih ada perilaku masyarakat di wilayahnya yang memicu munculnya api di lahan gambut, bahkan tanpa sengaja seperti dari membuang puntung rokok. Sosialisasi pada masyarakat tentang lahan gambut masih diperlukan.

Dan, menurut dia, pemahaman tersebut memang harus dipupuk dari level keluarga, sehingga tidak ada lagi yang menganggap persoalan menyulut kebakaran hutan dan lahan itu hal remeh temeh, yang justru akhirnya harus dilakukan pemadaman dengan water booming.

“Sosialisasi masih dibutuhkan bukan hanya untuk memadamkan, tetapi juga untuk cara pencegahannya,” ujar dia.

Kepala Penghulu Teluk Nilap Gamal Bacik di Rokan Hilir mengatakan ada enam kepenghuluannya, lima di antaranya mayoritas berupa lahan gambut. Kepenghuluan Teluk Nilap, lanjutnya, identik dengan karhutla setiap tahunnya.

Sejak 2018, menurut dia, BRG telah membantu membangun 142 sekat kanal dan satu revitalisasi ekonomi berupa ternak lembu di kepenghuluannya dan seluruhnya dikelola oleh 17 Kelompok Masyarakat (Pokmas).

“Semua yang ditugaskan (BRG) sudah kami selesaikan. Kami sudah bentuk pokmas, semoga sudah sesuai dengan waktu kami selesaikan,” ujar Gamal.

Ia mengatakan masih ada empat dusun lagi di kepenghuluannya yang menunggu bantuan sekat kanal dan revitalisasi ekonomi. Selain itu, dirinya meminta ada tambahan bantuan mesin pompa air dan peralatan memadamkan api mengingat total luas area Kepenghuluan Teluk Nilap mencapai 32.000 ha dan hanya memiliki tiga mesin pompa air untuk pemadaman karhutla.

Sebelumnya saat mengunjungi Kepenghuluan Segajah Makmur, Kepala BRG Nazir Foead mengatakan dana pemadaman karhutla yang jauh lebih besar dari pada pencegahan sangat memungkinkan dialihkan untuk melanjutkan lagi program restorasi gambut yang fokus untuk melakukan pembasahan gambut, penanaman kembali dan revitalisasi ekonomi masyarakat di lahan gambut (rewetting, replanting, revitalization livelihoods).

Namun demikian ia mengatakan masyarakat perlu menjaga gambut dengan baik, dan membuktikan bersama BRG bahwa program-program restorasi gambut yang sudah dilakukan bersama mampu menekan titik api hingga mencapai nol karhutla.

“Tapi harus kita buktikan dulu program ini memang mampu mencegah kebakaran sampai nol. Ini penting untuk meyakinkan program ini kepada Menteri Keuangan. Jadi Pak Penghulu, ini harus berhasil, pokmas harus lebih kuat,” ujar Nazir.