London (ANTARA) - Qatar dan sejumlah negara lainnya telah berbicara kepada Iran dan Amerika Serikat soal penurunan ketegangan, kata Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani pada Minggu (9/6), yang juga mendesak kedua pihak untuk bertemu dan berkompromi.
"Kami yakin pada satu titik akan ada sebuah perjanjian. Itu tidak dapat berlangsung terus seperti ini," kata dia kepada awak media di London, Minggu. "Kalau mereka tidak ingin terus terlibat dalam peningkatan ketegangan, mereka harus mencari cara untuk membuka pintu perdamaian."
Baca juga: Ancaman Trump: Iran akan sangat menderita jika ganggu kepentingan AS
Syekh Mohammed mengatakan sejumlah negara, termasuk Qatar, Oman, Irak dan Jepang, mendesak kedua belah pihak agar meredakan ketegangan.
"Semua negara ini khawatir tentang risiko yang ditimbulkan akibat eskalasi," kata dia. "Ada upaya dari Qatar dan sejumlah negara lainnya di kawasan untuk meredakan situasi tersebut: Kami sudah membicarakan ini, baik dengan AS maupun dengan Iran."
"Apa yang kami upayakan sekarang yaitu benar-benar ingin menjembatani gesekan di antara mereka. Kami juga ingin menggelar dialog yang melibatkan keduanya saat eskalasi tidak akan menguntungkan siapa pun di kawasan tersebut," kata dia.
Baca juga: Pembicaraan dagang antara AS dan China berlanjut, soal tarif tentatif
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Berita Lainnya
H+5 Lebaran, sebanyak 1,39 juta kendaraan telah kembali ke Jabotabek
17 April 2024 16:56 WIB
Kemhan umumkan pembelian dua unit kapal patroli lepas pantai buatan Italia
17 April 2024 16:51 WIB
Pelabuhan Dumai masih jadi pilihan favorit masyarakat Riau ke Malaysia
17 April 2024 16:47 WIB
PT Freeport Indonesia setor Rp3,35 triliun kepada Pemprov Papua Tengah
17 April 2024 16:12 WIB
Penumpang Bandara Supadio Kalbar diprediksi melonjak 50 persen hari ini
17 April 2024 16:07 WIB
Dokter jelaskan sejumlah dampak akibat sering menahan pipis
17 April 2024 16:00 WIB
BTN tempati posisi top 3 tempat kerja untuk pengembangan karir
17 April 2024 15:51 WIB
China tak akan toleransi tindakan separatis di Taiwan dan campur tangan asing
17 April 2024 15:32 WIB