Tarif pesawat melambung, merupakan momok bagi masyarakat bawah hingga Menhub

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,Tarif pesawat melambung

Tarif pesawat melambung, merupakan momok bagi masyarakat bawah hingga Menhub

Tarif pesawat masih dikeluhkan terlalu mahal (ANTARA FOTO/Lucky R)

Jakarta (ANTARA) - Melambungnya harga tiket penerbangan belakangan ini terutama menjelang Lebaran, menjadi momok bagi pemudik yang akan pulang ke kampung halaman merayakan Idul Fitri 2019 bersama keluarga.

Harga tiket pesawat yang terus melonjak membuat sejumlah masyarakat semakin enggan menggunakan jasa penerbangan.

Dalam jarak sedang dan menengah, masyarakat cenderung memilih menggunakan bus atau kendaraan pribadi. Sedangkan bagi mereka yang kota tujuannya harus menggunakan pesawat, terpaksa mengurungkan niatnya untuk mudik.

Baca juga: Garuda bantah tiket pesawat Bandung-Medan Rp21 juta

Ternyata naiknya harga tiket pesawat yang tidak terkendali tersebut, tidak hanya berpengaruh terhadap masyarakat biasa, melainkan juga dirasakan pejabat negara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Kisahnya, Menhub yang dijadwalkan melakukan kunjungan kerja meninjau kesiapan Angkutan Lebaran di Balikpapan dan Samarinda, Kalimantan Timur pada Senin (2/6), terpaksa dibatalkan dengan alasan harga tiket penerbangan mahal.

"Maaf, agenda pak Menhub ke Samarinda sementara ditunda. Nanti kalau ada agenda ke Samarinda saya informasikan ya," kata staf Humas Kemenhub, Gagat dalam Whatsapp kepada reporter Antara di Samarinda.

Setelah ditelusuri, alasan Menhub mengurungkan niat untuk terbang ke Kalimantan Timur tersebut, ternyata terkait dengan harga tiket pesawat yang tinggi.

Mendengar informasi tersebut, di mana seorang menteri mengurungkan kunjungan kerja, Ihsanuddin (38) warga Depok, Jawa Barat hanya bisa tersenyum.

"Jangankan seperti saya masyarakat bawah, sekelas Menteri Perhubungan pun ikut merasakan tingginya tiket pesawat"," ujarnya.

Ihsanuddin, yang sehari-harinya berprofesi sebagai montir motor di bengkel di Kelapa Dua, Depok ini mengaku akibat tiket mahal terpaksa membatalkan niat pulang kampung untuk bersilaturahmi dengan keluarganya di salah satu kota di Sulawesi Selatan.

Sama dengan Henry (39), warga Pondok Kelapa, Jakarta Timur memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang naik pesawat untuk mudik ke kampung halaman di Boyolali, Jawa Tengah.

"Tiket pesawat sudah tidak terjangkau. Lebih efisien menggunakan mobil, bisa mengangkut satu keluarga. Tol Trans Jawa sudah nyambung. Biaya total yang saya keluarkan, tarif tol dan BBM masih jauh lebih murah dibanding naik pesawat untuk empat orang," ujarnya.

Sementara Arie Wanto (42), seorang pemborong bangunan di Depok, mengaku setiap tahun rutin mudik ke kampung halaman di Muara Klaban, Sijunjung, Sumatera Barat, menggunakan kendaraan pribadi.

"Saat tarif tiket masih murah saja, saya memilih konvoi bersama keluarga besar untuk pulang kampung. Apalagi saat ini, saat tiket pesawat Jakarta-Padang bisa menembus Rp3 juta-an per penumpang.. makin pasti dan wajib saya memilih jalan darat," tegasnya.

Penumpang anjlok

Melonjaknya harga tiket pesawat sesungguhnya sudah terjadi sejak libur panjang saat Natal 2018-Tahun Baru 2019 yang terus berlanjut hingga menjelang Lebaran 2019.

Pemerintah pada beberapa kesempatan sudah berupaya menurunkan harga tiket pesawat dengan mengatur tarif batas atas dan batas tarif bawah, namun harga tiket terus melambung.

Bahkan harga tiket pesawat tujuan tertentu yang terpampang pada laman agen penjual tiket online Traveloka dengan rute penerbangan transit, pernah mencapai sekitar Rp21 juta per penumpang.

Meskipun antara maskapai penerbangan, Kemenhub dan agen penjual tiket sama-sama melalukan klarifikasi terkait harga yang tertera tersebut, namun harga tiket tidak serta merta mengalami penurunan.

Faktanya, akibat tingginya tarif pesawat mengakibatkan jumlah penumpang yang menggunakan pesawat di sejumlah bandara merosot tajam.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara International Adisutjipto Yogyakarta Agus Pandu Purnomo mengatakan, jumlah penumpang pesawat pada arus mudik dan balik Lebaran tahun 2019 diperkirakan turun sebesar 19,7 persen.

"Saat ini, jumlah penumpang di Bandara Adisutjipto per harinya rata-rata sekitar 14.000, turun dari tahun 2018 yang bisa mencapai 24.000 ribu penumpang per hari," ujar Agus.

Baca juga: Asita: Kemenhub Harus Realistis Soal Tarif Pesawat

Penumpang arus mudik di Bandara Radin Inten II Lampung pada H-5 Lebaran turun 25 persen dibandingkan periode sama di tahun 2018.

“Total penumpang pada H-5 Lebaran 2019 sebanyak 3.947 orang dengan 27 penerbangan, turun dibanding periode sama 2018 sebanyak 5.557 orang yang diangkut 36 penerbangan,” kata Humas Bandara Radin Inten II Lampung, Wahyu Aria Sakti.

Penurunan penumpang pesawat juga terjadi di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada hari Minggu (2/6) atau H-4 Lebaran 2019 terjadi jumlah penumpang yang datang dan berangkat melalui bandara Hasanuddin turun 13,4 persen menjadi 36.495 orang, dari periode sama tahun 2018 yang mencapai 42.118 orang penumpang.

Berbeda dengan maskapai penerbangan, penumpang moda transportasi laut dan penyeberangan justru melonjak tajam.

Arus mudik penumpang di Pelabuhan Makassar, eks Sukarno Hatta, pada H-3 Lebaran Idul Fitri 1440 Hijiriyah tahun 2019 mencapai 1.421 orang, mengalami peningkatan secara signifikan.

"Hari ini ada KM Bukit Siguntang, dari Kota Pare-pare, transit Makassar tujuan Maumere, Kupang. Untuk penumpang yang turun sebanyak 1.225 orang, sedangkan yang naik di pelabuhan Makassar sebanyak 1.321 orang penumpang," ujar Kepala Cabang PT Pelni Makassar, Ridwan Mandaliko.

Di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada H-4 Lebaran 2019 jumlah penumpang tercatat 38.363 orang, melonjak dari periode sama 2018 sebanyak 23.706 orang.

"Kami perkirakan kenaikan pemudik hanya 3,5 persen dibandingkan tahun 2018, tetapi per tanggal 30 Mei 2019, kenaikan sudah mencapai 28 persen," kata Pelaksana Harian Manager Komunikasi dan CSR Pelni, Ahmad Sujadi.

Indikasi kenaikan terlihat sejak awal tahun 2019, dengan rata-rata kenaikan sejak Januari hingga April untuk penumpang Pelni mencapai 35 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

PT Pelni mengklaim kenaikan harga tiket pesawat beberapa waktu terakhir memberikan pengaruh atas kenaikan jumlah penumpang kapal laut, khususnya angkutan mudik Lebaran 2019.

Sementara pengelola bandara, khususnya bandara di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa memastikan selain kenaikan tiket pesawat, turunnya penumpang seiring dengan beroperasinya jalan tol.

Jalan Tol Trans Sumatera saat ini sudah bisa diakses Bakauheni hingga Palembang, Medan-Binjai, Medan-Binjai, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.

Sedangkan jalan Tol Trans Jawa sudah mendapat tambahan tol baru seperti Cikopo-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Semarang-Batang, Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, Surabaya-Mojokerto, Gempol-Pasuruan, Pasuruan-Probolinggo.

Pembangunan infrastruktur darat berupa jalan tol belakangan ini sangat masif, yang mempermudah masyarakat bepergian menggunakan angkutan umum dan kendaraan pribadi.

Lantas, bagaimana dengan infrastruktur udara melalui penerbangan?

Rute penerbangan semakin luas ditambah dengan sebagian besar bandara di Indonesia juga sudah diperbaiki untuk kenyaman bagi penumpang pesawat.

Namun, tentunya marak tidaknya moda transportasi sangat tergantung pilihan masyarakat.

Faktor yang menjadi pertimbangan, antara lain pilihannya mana yang mudah, murah dan nyaman.

Pertanyaannya, akankah tarif penerbangan tetap tinggi atau segera turun seiring berakhirnya Lebaran 2019? Tinggal menunggu waktu.

Baca juga: BPKN nilai kebijakan tarif bawah-atas penerbangan langgar hak konsumen

Baca juga: BI Khawatir Mahalnya Tarif Pesawat Ganggu Perkembangan Ekonomi Riau


Pewarta: Royke Sinaga