Pekanbaru (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi masa peralihan dalam pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) bakal membayangi pertumbuhan sektor minyak dan gas di daerah itu setidaknya dalam tiga tahun ke depan.
Dalam kajian ekonomi dan keuangan regional Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau yang diterima ANTARAdi Pekanbaru, Rabu, disebutkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian minyak dan gas masih cenderung melanjutkan tren kontraktif pada 2019. Lifting minyak bumi Riau dalam lima tahun terakhir turun 5 sampai 10 persen per tahun, sejalan dengan banyaknya sumur yang tua.
"Telah ditetapkannya PT Pertamina menjadi kontraktor kontrak kerja sama Blok Rokan pada 2021 mendatang menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia semakin mempertegas bahwa pengembangan enhance oil recovery secara skala penuh tidak akan begitu signifikan, setidaknya hingga 2012," kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Riau, Iwan Mulawarman.
Selama ini Chevron sangat membanggakan keberhasilan teknologi EOR (Enhance Oil Recovery) untuk menekan laju penurunan alami produksi minyak di Riau, khususnya Blok Rokan.
Baca juga: Chevron Kecewa Tidak Kelola Blok Rokan Lagi
Penurunan produksi minyak secara alami dan masa transisi Blok Rokan tentu membawa konsekuensi bagi pertumbuhan ekonomi Riau, salah satunya adalah akibat pengaruh lifting minyak yang menurun. Sumbangsih sektor pertambangan dan penggalian dalam menyusun perekonomian Riau juga terus melemah.
Pada 2010 sektor tersebut menyumbang sekitar 32,6 persen perekonomian Riau, artinya sebesar itulah pendapatan masyarakat Riau disumbang baik langsung maupun tidak langsung dari sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi di 2018 sangat berbeda jauh, karena sumbangih tersebut hanya tinggal 19,1 persen.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Riau 2012-2018 hanya mencapai 2,35 persen/tahun. Dengan pertumbuhan relatif rendah ini, pangsa volume ekonomi riil Riau menyumbang ekonomi nasional menurun dari sekitar 5,7 persen pada 2010 menjadi tinggal 4,6 persen pada 2018.
"Ibarat pesawat terbang yang mempunyai beberapa mesin, mesin yang bernama Riau terus menurun kinerjanya dalam memberikan daya angkat pesawat nasional," ujarnya.
Karena itu, Iwan mengatakan pemerintah daerah harus benar-benar serius mencari potensi pertumbuhan lainnya di luar sektor migas. Apabila Riau masih mengandalkan sektor tersebut, maka ke depan perekonomian di Riau akan terpuruk.
"Maka perlu dilakukan inovasi sumber perekonomian Riau dengan menggali sektor yang berpotensi," katanya.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah pemerintah daerah mendorong upaya hilirisasi produk turunan minyak kelapa sawit yang memang menjadi salah satu sektor alternatif untuk mengkompensasi turunnya sektor migas.
Baca juga: Pertamina Sukses Lifting Perdana Minyak Mentah Blok Rokan
Baca juga: Vidio - Blok Rokan baru 2/3 digarap, Dirut Pertamina ajak mahasiwa Riau kolaborasi
Berita Lainnya
SKK Migas proyeksi investasi di sektor hulu migas hingga 2026 masih tinggi
04 July 2023 14:11 WIB
Sinergi penting untuk percepat teknologi rendah karbon sektor migas di Indonesia
03 February 2023 10:46 WIB
Wapres Ma'ruf Amin minta dorong peningkatan investasi di sektor hulu migas
27 July 2022 13:42 WIB
Penerimaan negara bukan pajak sektor migas sepanjang 2021 mencapai Rp103,19 triliun
19 January 2022 14:49 WIB
Transisi energi, Pemerintah diminta tetap utamakan pada sektor hulu migas
22 November 2021 12:16 WIB
Menko Luhut minta sektor migas utamakan pertumbuhan industri dalam negeri
21 October 2021 13:21 WIB
Sektor hulu migas siap tancap gas wujudkan produksi 1 juta barel per hari
12 January 2021 10:23 WIB
Riau genjot ekonomi kreatif antisipasi penurunan sektor migas, begini rencananya
15 October 2019 20:20 WIB