Gubernur Riau: Diskriminasi sawit ke Eropa dorong Indonesia mandiri energi

id harga sawit hari ini,harga sawit 2019,harga sawit terbaru 2019,berita riau antara,berita riau terbaru,berita riau terkini,Asian Agri adalah,kelapa saw

Gubernur Riau: Diskriminasi sawit ke Eropa dorong Indonesia mandiri energi

Gubernur Riau Syamsuar (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar menilai kebijakan Pemerintahan Joko Widodo membangun industri hilir kelapa sawit sebagai salah satu strategi mengatasi diskriminasi dari negara Uni Eropa terhadap produk minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) nasional sudah tepat, karena sekaligus juga mendorong Indonesia untuk bisa mandiri energi.

“Jadi CPO ini kalau ada pemain-pemain dari dunia internasional yang bisa membuat harga sawit terpengaruh turun, nantinya (CPO) akan digunakan sebanyak-banyaknya untuk nasional, untuk Indonesia,” kata Syamsuar saat menghadiri acara penyerahan premi penjualan sawit berkelanjutan Asian Agri di Kota Pekanbaru, Kamis.

Baca juga: PTPN V perluas lahan sawit produktif hingga 63.412 hektare

Syamsuar mengatakan hal itu menanggapi rencana Uni Eropa yang akan melarang CPO dari Indonesia dan produk turunannya masuk ke pasar kawasan itu dengan mengesahkan “Renewable Energy Directive” (RED) II. Pada 13 Maret lalu, Komisi Uni Eropa kembali menentukan kriteria baru penggunaan minyak sawit untuk bahan baku pembuatan biodiesel di kawasan Eropa, dan CPO dikategorikan sebagai produk yang “tidak berkelanjutan” sehingga tidak bisa digunakan sebagai bahan baku biodiesel, karena dinilai menyebabkan deforestasi akibat budidayanya yang masif.

Syamsuar mengatakan sawit tidak dipungkiri menjadi penyumbang besar untuk pembangunan daerah dan nasional, dimana Riau memiliki luas lahan perkebunan sawit sudah lebih dari dua juta hektare. Syamsuar mengatakan ke depannya ketika CPO kesulitan pasar akibat kebijakan diskriminatif, akan lebih banyak CPO diolah di Riau karena akan dibangun pabrik pengolahan biodiesel di Kota Dumai.

Apa yang dimaksud Syamsuar adalah rencana PT Pertamina (Persero) yang akan mengonversi dua kilang minyak tua di Dumai dan Plaju menjadi fasilitas pengolahan biodiesel 100 persen atau B100.

Menurut dia, hal tersebut dipastikan oleh pemerintah pusat pada Selasa lalu (19/3) dengan kedatangan Menteri BUMN Rini Soemarno dan sejumlah direksi BUMN seperti Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Dirut PTPN V Jatmiko Krisna Santosa. Pada kunjungan tersebut, lanjutnya, terdapat penandatanganan kerja sama antara sesama BUMN tersebut untuk mendorong industri hilir sawit nasional.

“Semua dilakukan untuk mengatasi permainan-permainan perdagangan seperti (Eropa) ini, sehingga nanti jangan kesannya kita setiap tahun menghadapi ini terus. Ini juga bisa mendorong kita mandiri energi dengan menggunakan potensi sawit yang ada,” kata Syamsuar.

Preseden Buruk

Direktur Corporate Affairs Asian Agri, Fadhil Hasan, mengatakan yang dikhawatirkan dari rencana Uni Eropa itu adalah bakal menjadi preseden buruk dan menyebar ke negara-negara di kawasan lain.

“Jadi bukan hanya kita kehilangan pasar ekspor CPO sekitar 15 persen ke Eropa, tapi karena akan menular ke negara-negara lain juga. Padahal kebijakan itu diskriminatif,” katanya.

Ia mengatakan tuduhan Uni Eropa bahwa sawit Indonesia tidak berkelanjutan sangat tidak benar. Ia mengatakan Asian Agri dengan luas perkebunan 160 ribu hektare (ha) dimana sekitar 60 ribu hektare milik petani plasma, sudah mengantongi sertifikasi dari ISPO maupun RSPO.

“Tahun ini kita menyerahkan premi penjualan CPO berkelanjutan karena sudah memiliki sertifikasi senilai Rp4,3 miliar kepada perwakilan 72 Koperasi Unit Desa di Riau dan Jambi,” katanya.

Penyerahan premi penjualan minyak sawit berkelanjutan ini merupakan bentuk apresiasi atas komitmen pengelolaan berkelanjutan yang diterapkan oleh petani dalam mengelola kebun kelapa sawit dan telah seluruhnya memperoleh pengakuan standar keberlanjutan internasional.

“Pemberian premi kepada para petani bertujuan untuk terus memotivasi petani dalam menerapkan praktik perkebunan terbaik untuk mengelola kebun kelapa sawit, sehingga dapat terus mempertahankan sertifikasi yang diperoleh. Kami berharap hal ini membantu menjawab tantangan yang saat ini dihadapi oleh industri kelapa sawit dalam hal keberlanjutan,” ujar Fadhil.

Baca juga: Asian Agri Remajakan 560 Hektare Sawit Plasma

Baca juga: Asian Agri Membagikan Hasil Penjualan Minyak Sawit Berkelanjutan kepada 29.000 Petani