"Burung Besi" Penjaga Langit Ibu Pertiwi

id TNI AU, Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, F-16, Hawk

"Burung Besi" Penjaga Langit Ibu Pertiwi

Aksi pilot di dalam kokpit pesawat tempur F16 dari Skadron 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. (Foto Pentak Lanud RSN)

Pekanbaru (ANTARA) - Empat jet tempur dari Skadron Udara 12 dan 16 Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin memecah hening gelapnya malam langit Pekanbaru, Provinsi Riau.

Seketika suara deru pesawat menggelegar, namun dengan cepat menghilang samar-samar. Empat jet tempur bermanuver cepat terlihat saling berkejaran. Dikesempatan lainnya, si burung besi yang memperkuat langit ibu pertiwi wilayah barat Indonesia itu membentuk beragam formasi.

Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Marsekal Pertama Rony Irianto Moningka mengatakan prajuritnya sedang menggelar latihan tempur Bido Gesit 2019.

Latihan melibatkan ratusan prajurit silang divisi itu berlangsung selama sepekan terakhir, dan menjadi agenda rutin pangkalan militer terlengkap di Pulau Sumatera tersebut.

Latihan yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dalam mengembangkan taktik serta teknik.

"Mengembangkan taktik dan teknik dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang berlaku dan terus melaksanakan koordinasi antar satuan jajaran dengan melakukan perencanaan latihan dengan secermat-cermatnya," kata Ronny.

Pangkalan militer udara Roesmin Nurjadin berlokasi di Kota Pekanbaru. Sebuah kota yang mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir, dan terletak tepat di tengah Pulau Andalas.

Secara geografis, pangkalan militer yang mengadopsi nama penerbang pesawat tempur pertama Indonesia Laksamana Udara TNI Roesmin Nurjadin itu berbatasan langsung dengan Selat Malaka, serta strategis diantara Singapura dan Malaysia.

Saat ini, Lanud Roesmin Nurjadin merupakan satu-satunya pangkalan militer di Pulau Sumatera yang diperkuat dua skadron udara serta satu skadron teknik 045.

Skadron Udara 12, menjadi kakak tertua setelah berdiri sejak 1983 silam. Skadron Udara 12 diperkuat dengan jet tempur Hawk 109/209 Black Panther buatan British Aerospace, persis sama dengan Skadron Udara 1 yang berbasis di Pontianak.

Pada 2014, Lanud Roesmin Nurjadin makin digdaya untuk menjaga langit Indonesia dengan diresmikannya Skadron Udara 16 yang diperkuat jet tempur F16 Fighting Falcon.

Saat ini, secara bertahap TNI AU melakukann regenerasi kedua jenis jet tempur tersebut yang masuk dalam rencana strategis IV. Hawk Black Panther akan diganti dengan jet tempur generasi 4,5 yang mempunyai kelebihan mengangkut senjata lebih lengkap serta bahan bakar dengan jarak jauh.

Sementara F16 fighting Falcon akan menjalani peningkatan kemampuan setara Block C/D secara bertahap.

Saban tahun, Lanud Roesmin Nurjadin terus meningkatkan kemampuan tempur melalui latihan rutin, baik yang dilakukan secara mandiri atau melibatkan negara sahabat seperti Singapura, Malaysia, Thailand hingga Amerika.

Seperti yang dilakukan baru-baru ini dengan tema Bido Gesit 2019. Rony mengatakan latihan tempur tersebut meliputi "intercept" atau pengusiran pesawat asing dari wilayah udara NKRI, penurunan paksa pesawat asing ilegal, penanggulangan kebakaran, penanganan Emergency Hawk 200 dan Penanganan Emergency F-16.

"Selain itu kegiatan juga meliputi closer air support (CAS), Sar Tempur Heli EC-725 /HT-7202 dan Pertahanan Pangkalan," tuturnya.

Seluruh latihan tempur tersebut dilakukan dengan perencanaan cermat serta menitikberatkan faktor keselamatan penerbang sesuai perintah Kepala Staf Angkatan Udara.

Selain Bido Gesit 2019, beragam latihan tempur lainnya juga digelar secara berkesinambungan pada tahun-tahun sebelumnya, yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan serta koordinasi setiap divisi.

Cegat Pesawat Asing Masuk ke Udara Indonesia

Mengawali 2019, tepatnya pada 15 Januari, TNI AU membuat kagum masyarakat Indonesia. Dua jet tempur F16 berhasil mengusir pesawat sipil asing yang menerobos masuk ke wilayah udara Pulau Sumatera.

Pesawat kargo Boeing B777 milik Maskapai Ethiopian Air yang diturunkan paksa oleh jet tempur yang bermarkas di Lanud Roesmin Nurjadin.

Pesawat kargo Ethiopian Air itu diketahui berangkat dari Addis Ababa, ibukota Ethiopia dengan tujuan Hong Kong. Pesawat kemudian memasuki wilayah udara Indonesia tanpa bisa menyebutkan izin atau flight clearence (FC) setelah dihubungi oleh otoritas navigasi udara Indonesia (AirNav) melalui komunikasi radio.

Pesawat yang melintas dari wilayah barat pulau Sumatera, tepatnya diatas Pulau Nias, kemudian memasuki wilayah Riau dan Kepulauan Riau itu langsung diturunkan paksa TNI AU.

Penurunan paksa dilakukan TNI AU dengan mengerahkan dua jet tempur F16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 16 dengan salah satu pilotnya adalah kelahiran Bumi Melayu, Kapten Pnb Barika Harma.

Tiga bulan sebelumnya, dua jet tempur Lanud Roesmin Nurjadin juga beraksi dengan mengusir dua pesawat asing yang masuk wilayah udara Natuna pada ketinggian 15.000 kaki. Perintah menerbangkan dua jet tempur langsung dari Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional yang mendeteksi kemunculan kedua pesawat asing tanpa izin.

Kedua pesawat asing pergi seketika dua F16 "fighting falcon" TNI AU mendekat ke sasaran. Kedua pesawat asing tersebut pergi setelah dua F16 TNI AU tertangkap radar mereka.

"Pangkohahudnas memerintah dua F16 dan 'scramble'," ujarnya.

Dua peristiwa penting diatas menjadi bukti pentingnya keberadaan burung-burung besi di Lanud Roesmin Nurjadin dalam menjaga kedaulatan udara ibu pertiwi, terutama wilayah barat Indonesia.

Selain menjaga kepentingan nasional, keberadaan jet tempur TNI AU juga sangat membantu saat Provinsi Riau dilanda bencana kebakaran hutan dan lahan. Tak jarang, pesawat tempur yang patroli juga diperintahkan untuk memantau titik-titik api serta mengusir para perusak hutan.

Setidaknya itu dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, atas inisiasi Marsekal Muda Henri Alfiandi, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II yang sebelumnya menjabat komandan Lanud Roesmin Nurjadin.

Titah itu hingga kini masih terus dijalankan, dan dinilai menjadi salah satu penentu keberhasilan pemerintah dalam menekan angka Karhutla di Provinsi Riau, yang saban tahun didera bencana yang sama.

Terakhir, keterlibatan TNI AU dalam menanggulangi kebakaran lahan semakin maksimal saat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto berkunjung mengirimkan pesawat Cassa modifikasi cuaca serta dua helikopter Super Puma.

Tumbuh Kembangkan Minat Dirgantara Pada Generasi Muda

Selain perintah Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto untuk terus siaga dan siap tempur, Lanud Roesmin Nurjadin juga tak lupa membuka diri pada generasi muda.

Melalui program Bulan Dirgantara, tiap tahun Lanud Roesmin Nurjadin membuka diri ke masyarakat. Beragam alat utama sistem persenjataan canggih dipamerkan. Atraksi tempur juga diperagakan, yang membuat decak kagum masyarakat.

Ribuan masyarakat tumpah ruah ke Hanggar Charlie, salah satu Hanggar tempat jet-jet tempur itu menginap. Dari sekian kali gelaran Bulan Dirgantara, anak-anak mendominasi hiruk pikuk atraksi militer udara.

Melalui Bulan Dirgantara, selain mendekatkan diri ke warga, juga bertujuan untuk menarik cinta generasi muda. Tak jarang sebagian dari mereka langsung memilih angkatan udara sebagai cita-cita.

TNI AU juga terus berupaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, dengan rajin menyambangi sekolah-sekolah dan mengungang mereka menjadi tentara. Cita-cita mulia sebagai pelindung negara.

Baca juga: Luhut: Pendaratan Paksa Ethiopian Air Bukti TNI Kuat

Baca juga: TNI AU Jelaskan Alasan Pemaksaan Mendarat Pesawat Ethiopian Air