Meski pecahkan Rekor MURI, Wisatawan Festival Perang Air 2019 Menurun

id Festival Perang Air,Perang Air Selatpanjang,wisatawan riau,Perang Air 2019,Imlek 2019

Meski pecahkan Rekor MURI, Wisatawan Festival Perang Air 2019 Menurun

Arsip foto. Wisatawan mancanegara mengikuti Festival Perang Air di Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Pekanbaru (Antaranews Riau) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, menyatakan Festival Perang Air di Kota Selatpanjang pada tahun ini dihadiri oleh 24.775 wisatawan dari dalam dan luar negeri.

“Wisatawan nusantara 24.667 jiwa, dan mancannegara 108 jiwa yang terdata di kantor imigrasi,” kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Meranti, Rizky Hidayat kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.

Tahun ini sebenarnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menargetkan jumlah wisatawan di Festival Perang Air bisa mencapai 25.000 orang.

Berdasarkan catatan Antara, panitia penyelenggara saat itu menyatakan Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan nusantara, 3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat.

Baca juga: Hotel Selatpanjang Penuh karena Perang Air, WNA Singapura Batal Datang

Dengan begitu, pada penyelenggaraan tahun ini terjadi peningkatan pada jumlah kunjungan wisatawan nusantara, namun wisatawan mancanegara menurun.

Meski begitu, penyelenggaraan Festival Perang Air pada tahun ini tetap meriah. Selain itu, Festival Perang Air juga tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai festival dengan peserta terbanyak.

Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat “Cian Cui”, membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lainnya.

Baca juga: Perang Air Selatpanjang Akan Tercatat di Museum Rekor Indonesia

Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemasCian Cui sebagai festival pada 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Raden Uyung Permadi Salis mengatakan, Tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel dan penginapan di Kota Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, meningkat drastis karena penyelenggaraan Festival Perang Air.

Ia mengatakan dari seluruh hotel berbintang, hotel kelas melati hingga wisma yang ada di Selatpanjang, total ketersediaan akomodasi mencapai 385 kamar. Ketika tidak ada perayaan Imlek dan Festival Perang Air, lanjutnya, tingkat okupansi hanya 30 persen.

Baca juga: Wisatawan Berkurang Ikut Perang Air Akibat Tarif Pesawat Mahal

Okupansi hotel pada saat Festival Perang Air meningkat berkisar 75 hingga 100 persen.

Ia mengatakan, sebenarnya anggota PHRI setempat juga menawarkan jasa penginapan di rumah penduduk (homestay) namun tidak semua wisatawan mau layanan itu.

“Rombongan Singapura 30 orang pun batal karena kamar hotel habis,mereka tidak mau nginap di rumah penduduk,” ujarnya.



Baca juga: Festival "Perang Air" Steril dari Kampanye Politik