Pekanbaru (Antaranews Riau) - Pengamat media dari Universitas Andalas, Syaiful Wahab mengatakan tugas Pers dalam menangkal berita hoax dan ujaran kebencian adalah dengan bekerja professional.
"Pers harus tetap konsisten dan proporsional menerapkan kode etik jurnalistik dalam menjaring isu dan sumber berita, sehingga berita itu tidak bermuatan hoax," kata Siaful Wahab dihubungi dari Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, redaktur dan editor diyakini paham bagaimana mencari informasi dan mengemasnya menjadi sesuatu berita yang menarik dan sopan untuk dibaca.
Sebab, katanya, jika pers menyajikan berita dengan bahasa yang santun, maka diyakini publik yang membacapun akan segan, dan masyarakat pun akan bersimpati tinggi kepada pers yang demikian.
Baca juga: Pers tidak perlu terjebak dengan isu sampah
"Simpati masyarakat akan makin tinggi, jika Pers tidak ikut-ikutan mengompori dengan memuat berita atau pernyataan-pernyataan yang cenderung `memancing kebencian` sehingga publik menjadi semakin resah dan terprovokasi," katanya.
Ia berharap Pers harus menangkal pernyataan yang memancing kebencian itu dan harus ditunjukkan dalam editorialnya, seberapa dalam dan bermutunya editorial disajikan yang menjadikan publik lebih tercerahkan.
Ia menambahkan, tantangan Pers di era digital, Syaiful menyarankan bahwa sebaiknya media massa tetap memproduksi berita versi cetaknya, manual maupun digital, sebab jika hanya mengandalkan versi digitalnya, akan banyak sekali kelemahannya karena lebih rentan disalahgunakan atau dimodifikasi untuk kepentingan orang yang tidak bertanggung jawab.
"Versi cetak meskipun jangkauannya terbatas namun masih lebih akurat dan valid untuk digunakan sebagai bahan pembuktian atas sebuah kebenaran atau fakta," katanya.
Sedangkan bagi media massa audio visual, tantangannya adalah professionalisme dalam mencari sumber berita, karena tantangan terberat datang dari merebaknya jurnalisme warga atau citizen journalism, yakni masyarakat terlibat aktif menjadi jurnalis dengan memberikan informasi langsung dari TKP, dan ini berbahaya jika tidak disertasi dengan kode etik jurnalistik.
Masyarakat, katanya, memang butuh informasi langsung tetapi kadang-kadang informasi tersebut tidak jarang justru menambah parah kekisruhan yang terjadi. Oleh karena itu insan Pers harus mampu menangkal informasi citizen journalism ini dengan sajian berita yang lebih professional, seimbang dan mendidik.
Baca juga: Melalui Pers dan usaha mendorong ekonomi digital
Baca juga: Benarkah Hoaks Jokowi Antek Asing Disengaja?
Berita Lainnya
Menlu Retno Marsudi terima penghargaan Medali Emas Kemerdekaan Pers dari PWI
21 February 2024 11:43 WIB
Menteri BUMN harap ANTARA tak menjadi sejarah
19 February 2024 6:15 WIB
LKBN ANTARA bekali fotografer mahasiswa jelajahi imaji foto jurnalistik
19 February 2024 6:13 WIB
Pameran foto ANTARA jadi salah satu destinasi wisata dan belajar
16 February 2024 19:17 WIB
HUT ke-86, Antara Riau perkuat kapasitas pers kampus melalui pelatihan jurnalistik
09 December 2023 16:10 WIB
Ganjar Pranowo sambangi PWI bahas program kerja-kemerdekaan pers
30 November 2023 11:11 WIB
Di sela-sela pemantauan SKD CASN hari terakhir, Kakanwil gelar coffee lunch dengan insan pers
17 November 2023 11:28 WIB
Bawaslu Riau gandeng pers maksimalkan pengawasan Pemilu 2024
14 November 2023 17:24 WIB