Peran Strategis Guru Dalam Memajukan Dunia Pendidikan Di Bengkalis

id peran strategis, guru dalam, memajukan dunia, pendidikan di bengkalis

Peran Strategis Guru Dalam Memajukan Dunia Pendidikan Di Bengkalis

Bupati Bengkalis Amril Mukminin bersama Plt Kadisdik Bengkalis Edi Sakura saat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMA sederajat beberpa waktu yang lalu

Bengkalis, (Antarariau.com) - Dalam memajukan dunia pendidikan khususnya di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis. Seorang guru harus bangga dengan profesi tersebut. Sebab di tangan para guru, pamong, dan tenaga kependidikan, masa depan daerah ini menjadi taruhan.

"Tidak ada sosok sukses yang tidak melewati sentuhan seorang guru. Kita bisa berdiri tegak saat ini juga karena pernah ditempa oleh para guru, ujar Bupati Bengkalis Amril Mukminin bebberpa waktu yang lalu.

Amril mengajak seluruh guru dan seluruh pemangku kepentingan di daerah ini, senantiasa meningkatkan kesadaran dan komitmen budaya mutu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa akan pentingnya pendidikan yang berkualitas.

Kemudian, imbuhnya, meneladani semangat dan dedikasi guru sebagai pendidik profesional dan bermartabat bagi semua anak bangsa di daerah ini, dalam peningkatan sumber daya manusia yang bermutu.

Mantan Kades Muara Basung ini mengungkapkan dengan membangun dan memperkokoh solidaritas dan kesetiakawanan anggota PGRI serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dan anggota kepada PGRI di daerah ini, sebagai organisasi profesi guru di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini.

"Kemudian dan sejalan dengan upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bengkalis, kami juga mengajak seluruh lapisan masyarakat di daerah ini untuk meningkatkan kepedulian akan pentingnya kedudukan dan peran strategis guru di daerah ini dalam membangun pendidikan karakter bangsa yang cerdas, kompetitif, dan bermartabat, "ajak Amril.

Di bagian lain, Amril juga mengajak seluruh guru di daerah ini, senantiasa berupaya dan memiliki keinginan keras untuk meningkatkan profesionalisme diri. Menjadi guru yang berkemajuan, kreatif dan inovatif.

"Pemerintah selama ini telah mengupayakan banyak hal agar para guru semakin profesional. Namun upaya itu akan sia-sia belaka tanpa keinginan keras dari pihak guru itu sendiri, ujarnya mengingatkan.

Guru Harus Mampu Menilai

Sementara itu Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Bengkais Edi Sakura mengatakan guru masa depan harus mampu melakukan penilaian secara komprehensif, penilaian tidak hanya bertumpu pada aspek kognitif atau pengetahuan saja. Namun penilaian yang dilakukan oleh guru harus mampu mengakomodasi keunikan dan keunggulan para peserta didik. Guru masa depan harus mampu merancang instrumen penilaian yang menggali semua aspek baik pengetahuan, keterampilan dan karakter.

"Selain perancangan instrumen penilaian, guru masa depan pun harus mampu membuat laporan penilaian yang menggambarkan keunikan dan keunggulan setiap siswa", ujar Edi Sakura.

Dikatakannya guru masa depan harus memiliki kompetensi abad 21, untuk mewujudkan siswa yang memiliki keterampilan abad 21 maka gurunya pun harus memahami dan memiliki kompetensi tersebut. Ada tiga aspek penting dalam kompetensi abad 21 ini, diantaranta Karkter, baik karakter yang bersifat akhlak (Jujur, amanah, sopan santun ) maupun karakter kinerja (kerja keras, tanggung jawab, disiplin, gigih )

Kemudian, keterampilan, yang perlu dimiliki pada abad 21 ini antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Selain itu Literas, kompetensi abad 21 mengharuskan kita melek dalam berbagai bidang, diantaranya literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarnegaraan dan kebudayaan.

Guru masa depan harus mampu menyajikan modul sesuai passion siswa.

Plt Kadisidik Bengkalis Edi Sakura

Di era perkembangan teknologi yang semakin berkembang, modul yang digunakan dalam pembelajaran tidak selalu menggunakan modul konvensional seperti modul berbasis paper. Melainkan guru masa depan pun harus mampu mwnyajikan materi pelajaran dalam bentuk modul yang bisa diakses secara online oleh para siswa. Sudah banyak fitur yang bisa dijadikan oleh guru sebagai sarana untuk mengembangkan modul berbasis online, namun demikian ketersediaan fitur untuk modul online ini harus dibarengi dengan kemampuan guru dalam mengemas fitur-fitur tersebut. Kombinasi antara pembelajran tatap muka di kelas (konvensional) dan pembelajaran online ini dikenal dengan istilah blended learning.

Guru masa depan harus mampu melakukan autentic learning yang inovatif. Sekolah bukan tempat isolasi para siswa dari dunia luar, justru sekolah adalah jendela untuk membuka dunia sehingga para siswa mengenail dunia. Untuk menjadikan sekolah sebagai jendela dunia bagi para siswa, guru masa depan harus mampu menyajikan pembelajaran yang joyfull and inovatif learning, yakni pembelajaran yang memadukan hands on and mind on, problem based leraning dan project based learning.

"Guru sebagai tenaga pendidik akan melakukan berbagai upaya dalam membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya dengan sejumlah ketercapaian dan dapat tumbuh serta berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang dan perbedaan tersebut menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing", kata Edi Sakura.

Ditambahkan Edi Sakura, agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, perlu diperhatikan pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.

Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.

Selain itu, Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya

Peran Guru dan Siwa Tidak Bisa Dipisahkan

Salah seorang guru Sekolah Dasar Negeri 15 Bukit Batu Suroto menilai hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah.

Menurutnya, siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.

"Contoh tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama", ujar Suroto

Bupati Bengkais Amril Mukminin menyerahkan penghargaan kepada salah seorang guru yang meraih prestasi

Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi itu atau jadi ini. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya

Dari berbagai teori menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional.

Diungkapkannya dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan, diantara membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa, Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

Selain itu mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program pengayaan.Membantu mengembangkan suasana kelas,

"Hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan, konseling,memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu," kata Suroto mengakhiri.(Advetorial)