Fire Fighter RGE, Tangguh Cegah Tanggulangi Karhutla

id fire fighter, rge tangguh, cegah tanggulangi karhutla

Fire Fighter RGE, Tangguh Cegah Tanggulangi Karhutla

Pekanbaru (Antarariau.com) - Sejumlah pria berkaos merah tampak sibuk menggulung selang penyemprot air. Pekerjaan menggulung selang-selang sebesar belalai gajah dewasa itu tampak bukan sebagai pekerjaan mudah. Namun, dengan sigap dan hanya dalam waktu hitungan singkat, pekerjaan itu selesai dilakukan.

Saat lainnya sibuk merapihkan peralatan pemadaman kebakaran lahan, beberapa yang lain tampak serius memperhatikan selembar kertas karton yang digelar ditengah lapangan. Sengatan matahari Kamis siang itu bukan sebuah halangan untuk terus beraktivitas. Dengan serius, mereka terus memperhatikan seorang pria yang disebut sebagai leader atau si pemimpin memberikan arahan.

Layaknya persiapan pertandingan sepakbola, mereka mengatur strategi. Namun bukan kesebalasan yang menjadi lawan, melainkan kebakaran lahan.

Fire Aviaton Manager PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Yunardi kepada Antara di Pekanbaru megatakan bahwa mereka merupakan bagian dari "fire fighter" perusahaan perkebunan dan HTI yang bernanung di bawah bendera RGE Grup. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi kertas serta minyak sawit.

Hari itu, mereka berkumpul bersama lebih dari 250 fire figther lainnya dari seluruh Indonesia. Paling jauh dari Kalimantan, yakni bagian Utara dan Timur. Sementara lainnya berasal dari Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Riau.

Wilayah itu merupakan basis perusahaan yang bernaung dibawah RGE. Fire fighter sendiri merupakan julukan bagi personel pencegah dan penanggulangan kebakaran lahan. Mereka dikenal sebagai personel terlatih. Ilmu dan kemampuan menjadi bekal utama untuk menjadi bagian dari tim tersebut. Di seluruh Indonesia, jumlah mereka mencapai 1.000 lebih.

Personel itu dilahirkan oleh perusahaan dibawah bendera RGE. Setidaknya, dalam tujuh tahun terakhir perusahaan itu terus menempa mereka dengan kemampuan keterampilan hingga layak disebut maestro pemadam kebakaran. Perusahaan juga membekali mereka dengan peralatan yang lengkap. Mulai dari pakaian dengan standar keselamatan tinggi, hingga mesin-mesin teknologi terkini.

Yunardi menjelaskan bahwa selama ini bencana kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) selalu dianggap hal yang menakutkan dan ancaman luar biasa besar. Namun, menurut dia, Karhutla dapat diatasi dengan terukur dan cepat jika dilakukan secara benar.

"Bagi masyarakat awam, kebakaran lahan merupakan hal yang menakutkan. Tapi tidak bagi personel terlatih kami," katanya.

Ia menjelaskan, para fire figther tersebut mampu menanggulangi kebakaran lahan dalam waktu cepat. "Satu hektare bisa diatasi setengah jam. Itu menggunakan satu mesin. Kalau dua mesin, bisa 1/4 jam," katanya dengan penuh kepercayaan diri.

Kunci utama untuk dapat menanggulangi kebakaran lahan dengan cepat dan tangkas tersebut terletak pada keahlian, yang harus terus diasah dan dikembangkan. Selain itu, kerjasama dan kedisiplinan juga memainkan peranan penting dan harus tetap ada dalam jiwa para fire fighter perusahaan.

Pertemuan yang digelar di Kota Pekanbaru ini, kata dia merupakan pertemuan tahunan yang dilakukan setiap sekali dalam setahun, yang dilakukan setiap musim kemarau usai. "Karena November ini musim hujan, kita gelar sekarang," ujarnya.

Pertemuan itu juga semakin seru ketika mereka diuji dengan kompetisi yang terbagi dalam 31 tim berbeda. Kompetisi yang diberi tajuk Wildfire Competition 6 (WFC6) 2018 digelar oleh Fire Protection Department RAPP.

Sebuah pertemuan dengan cara yang positif untuk melecut semangat para fire fighter agar mereka saling belajar dan berkompetisi menjadi yang terbaik.

Sementara itu, diluar dari pertemuan tahunan ini, Yunardi mengatakan setiap tiga bulan sekali secara internal mereka melakukan pelatihan di masing-masing perusahaan.

Selain fokus pada penanggulangan, ia juga menjelaskan bahwa para fire fighter tersebut turut dibekali kemampuan melakukan pemetaan pencegahan. Dengan dibekali ilmu serta peralatan seperti GPS atau global positioning system, mereka diharapkan dapat menekan angka kebakaran sebelum bencana itu benar-benar terjadi.

Selama beberapa tahun terakhir, Yunardi mengatakan para fire fighter lebih disibukkan untuk membantu menanggulangi kebakaran lahan di luar areal perusahaan. Hal itu dikarenakan perusahaan berhasil menciptakan zerro fire dengan didukung sistem serta manajemen yang bermutu.

"Alhamdulillah kebakaran di konsesi sudah nol, kita sekrang lebih banyak membantu penanggulangan di luar," paparnya.

Pendekar Karhutla

Widi Santoso, pria asal Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu sosok yang selalu bergelut dengan Karhutla. Dia membagi kisahnya ketika ditemui Antara akhir pekan lalu.

Pria berusia 35 tahun itu, yang layak disebut sebagai pendekar Karhutla telah menghabiskan 11 tahun umurnya untuk berhadapan dengan api. Namun, bukan api yang ia khawatirkan, melainkan asap dampak dari Karhutla tersebut.

Widi, begitu pria satu anak itu akrab disapa mengatakan selama 11 tahun menjadi bagian dari pendekar Karhutla atau "fire fighter" PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), lebih banyak berada di areal terbakar dibanding bersama keluarga. Terutama saat musim kemarau, seperti yang saat ini terjadi di Riau.

Meminum air gambut bewarna kemerahan, hingga tidur di lahan terbakar selama seminggu lamanya telah jamak ia lakoni bersama anggotanya.

Namun, dia menilai seluruh kerja keras pendekar Karhutla dalam membantu pemerintah mengatasi bencana tahunan itu terbayar tuntas ketika Riau terbebas dari belenggu asap dalam dua tahun terakhir.

Salah satu musuh terbesar menjadi pendekar Karhutla adalah kebakaran yang terjadi di areal gambut. Pada areal dengan kontur lahan organik tersebut, asap yang dihasilkan sangatlah tebal.

Sementara itu, api begitu mudah menyebar ketika melahap lahan gambut kering. Api juga sulit dikendalikan ketika telah masuk ke dalam tanah gambut.

Untuk memadamkan 10 hektare lahan gambut yang terbakar, dibutuhkan waktu minimal dua hari. Namun, proses pemadaman dapat memakan waktu lebih lama ketika dilakukan oleh tim pemadam yang belum terlatih dan tidak didukung peralatan standar yang baik.

Widi mengaku bersyukur menjadi bagian dari 500 tim pendekar Karhutla atau "fire fighter" di perusahaan penghasil kertas terbesar di Riau tersebut. Sebelum terjun ke lapangan dan berhadapan dengan kebakaran, mereka telah mendapat pelatihan.

Pelatihan meliputi kesiapan fisik, mental, serta strategi dalam melakukan pemadaman. Misalnya membaca arah angin saat Karhutla atau mengarahkan hidung selang ke arah yang tepat. Berbekal kemampuan dan pelatihan itulah, tim inti pendekar Karhutla dan ribuan mitra tersebar di Provinsi Riau siap mengawal negeri Bumi Lancang Kuning bebas asap.

"Kami tidak masalah tidur di lapangan, minum air gambut tanpa dimasak, meninggalkan keluarga. Karena ini tanggung jawab, asap banyak dampaknya ke anak cucu dan ini suatu yang bisa kami berikan pada negara," tutup Widi.